Kata kekeluargaan dalam hukum mungkin semakin lama akan semakin sama dengan kata 'klarifikasi' dan kata 'maaf' yang kerap dilontarkan artis maupun pejabat di Indonesia. Hasilnya, kasus tersebut sudah selesai dan tidak lagi diusut, dan para pelaku seolah keluar ruangan seperi makhluk yang tidak pernah berdosa.
Biasanya jika orang dekat yang melakukan tindakan kriminal kepada para kerabat maka mediasi tersebutlah yang terjadi. Memang Indonesia adalah negara yang dihuni oleh orang orang baik, pemaaf, dan ramah. Namun bila ini terus dibiarkan bukankah pada akhirnya kita semua dapat menginjak-injak kebaikan dengan kejahatan yang kita lakukan?
Kita mungkin memang bangsa yang pengecut, sebab kita takut untuk didiskriminasi di negara kita sendiri. Ketika kita melakukan laporan atas suatu kejahatan, kita dengan mudah menjadi pelaku atas perilaku kejahatan yang lain, kita akan dianggap cepu, pelapor, dan pecundang.
Hal-hal semacam ini pada akhirnya menjadikan hukum kita tidak pernah kemana-mana sementara kejahatan terus merajalela. Kita mungkin tahu berapa banyak peserta didik kita disekolah yang memendam permasalahan mereka sendiri karena terdiskriminasi sebab menegakkan keadilan.
Atau mungkin, anda adalah orang itu sendiri, anda takut mengangkat suara sebab anda tahu konsekuensinya; dipandang rendah oleh sesama, dicap pecundang, dan tentunya, di cap pengadu.
Untuk mengakhiri artikel ini, saya hanya bisa mengatakan bahwasanya memaafkan itu memang baik, namun ada kalanya maaf bukanlah lagi jalan yang terbaik, sebab kadang yang terbaik berbentuk jalan hukum agar kita semua melek dan jera, agar kita paham bahwa memang ada beberapa hal di dunia ini yang tidak bisa kita lakukan semena-mena, apalagi ini berhubungan dengan jiwa manusia.
Jika anda ingin memaafkan, memaafkanlah secara personal. Namun agar kejadian itu tidak terulang kembali, hukum harus tegak agar keadilan kita tidak terserak-serak.
Artikel Sebelumnya :Â Tuhan, Bolehkah Sajadah Ini Kutinggal Sebentar?
Artikel Sebelumnya : Ramadhan Sebagai Cermin Sifat ManusiaÂ
Artikel Sebelumnya :Â Keturunan PKI Boleh Menjadi TNI, dan Masa Depan Indonesia Menjadi Ambigu