Puisi: Tuhan, Bolehkah Sajadah Ini Kutinggal Sebentar?
Dalam sebuah titik nadir
Kita semua akan menjelma peramal yang menerka-nerka takdir
Menebak kapan dunia akan berakhir
Menduga kiamat dari yang telah hadir
Namun ini lucu, semua manusia fakir dalam ilmu
Dan kini kita bagai nabi; tahu hal-hal yang akan berlalu
Hari esok pasti akan lebih baik, ucapmu
Hari esok pasti akan lebih buruk, ucapku
Tapi sayang, baik dan buruk hanyalah persepsi
Kita yang teis hanya bisa pasrah dan mengatakan; Tuhan baik hari ini
Lalu kita berdua akan berkata; Tuhan pasti baik di esok hari
Tapi bagaimana aku bisa yakin? Aku sedang jatuh, mana bisa merasakan karunia-Mu
Sayapku sedang patah, mana bisa merengkuh rahmat-Mu?
Ah, Tuhan, bolehkah sajadah ini kutinggal sebentar?
Tak lagi kutemukan dirimu dalam sujudku
Tak jua kutemukan pada masjid manapun, pada ibadah manapun
Jadi bolehkah aku pergi?
Sejenak saja, insyaallah tidak akan lama
Hanya saja aku sedang membutuhkan waktu untuk sendiri
Menerka-nerka dirimu, mencoba mengikhlaskan diri
Dan semoga pada malam-malam yang sepi, dirimu bisa kutemukan lagi
Sebab aku tak lagi utuh, dan kutahu diriku butuh
Tuhan, ibadah ini kutunda sebentar
Sebentar saja, mungkin tak lama
Tapi aku jua tidak tahu sampai kapan...
Tuhan, hari libur dalam ibadah....kapan?
Jumat, 15 April; Saat merenungkan ibadah hari ini boleh libur atau tidak
Baca Juga : Jika Nabi Muhammad Bisa Menyelamatkan, Kenapa Nabi Muhammad Meminta Untuk Di Doakan?
Baca Juga :Â Jika Allah Dzat, Maka Allah Dzat Apa?
Baca Juga : Kemana Kita Setelah Mati?