Jika kita berbicara tentang Ade Armando maka mungkin kita tidak akan pernah terlepas dari kata 'Buzzer' yang melekat padanya serta beberapa kesan-kesan negatif yang ada pada dirinya. Puncaknya mungkin adalah bagaimana dirinya menyentil agama Islam dengan mengatakan tidak ada perintah sholat lima waktu di dalam Al-Qur'an sehingga banyak masyarakat yang menjadi geram.
Sebenarnya pernyataan itu tidak salah sebab seingat saya, di dalam Al-Qur'an hanya ada 3 waktu ibadah yang dijelaskan, namun akan menjadi sangat salah karena Ade Armando mengakhiri statemennya hanya dengan dalih Al-Qur'an tanpa adanya dalih dari hadis yang juga merupakan sumber hukum dalam Islam.
Sebab semestinya, jika kita berbicara mengenai hukum Islam maka kita harus membicarakannya dengan komperhensif atau kaffah. Hukum Islam bukan hanya diambil dari Al-Quran, melainkan juga Hadis, Qiyas, dan Ijtima' para ulama.Â
Tidak adanya hal-hal ini dalam pembahasan hukum syariat Islam cenderung menyesatkan banyak orang, terlebih di Indonesia yang mayoritasnya adalah Islam dan tidak semua memiliki agama yang kuat serta tidak berasal dari golongan pesantren.
Namun sayangnya Ade Armando tidak menambahkan dalih dari hadis sebagai penenang masyarakat sehingga statement Ade Armando tersebut tentu saja menjelma kebencian pada kaum mayoritas, apalagi statement tersebut keluar disaat adanya issue ambigu dari pemerintah sehingga statement Ade Armando bukannya di cap sebagai kebenaran melainkan pengalihan isu belaka.
Stigma Ade Armando sebagai Buzzer pemerintah yang mengakar sejak lama ditambah dengan sentilan terhadap kaum mayoritas tentu saja terus menjadikan kebencian tersebut bagai bola salju yang jatuh dari gunung dan semakin membesar. Pada akhirnya bola salju itu menabrak Ade Armando itu sendiri dengan menjadikan dirinya sebagai bulan-bulanan masyarakat saat demo kemarin.
Jujur saya kaget melihat Ade Armando yang digebuk sekelompok oknum mahasiswa, apalagi pada saat bulan suci Ramadhan yang tentu saja mayoritas kaumnya sedang berpuasa. Namun melihat masyarakat kita yang memang memiliki hukum rimba dan suka main hakim sendiri, sepertinya kita memang tidak bisa apa-apa untuk menghentikannya.
Dari informasi yang saya dapatkan sebenarnya pengeroyokan ini adalah kesalahan yang sangat fatal bagi kaum mahasiswa, sebab pada saat itu Ade Armando sedang berpihak kepada kaum mahasiswa dan setuju dengan beberapa poin demo yang dibawakan oleh mahasiswa itu sendiri.
Pada waktu itu pun beliau sedang memantau jalannya demo yang sedang terjadi, namun sayangnya ia dilihat oleh mahasiswa yang mengenalnya, menguploadnya pada media sosial dan dengan cepat informasi tersebut menyebar.
Dan akibat kebencian yang telah mengakar kuat kepada pemerintah serta Buzzer yang selalu dalam lindungan hukum, maka Ade Armando yang kebetulan ada pada saat itu pada akhirnya menjadi korban diwaktu yang bersamaan.
Dari diskusi saya bersama Rijal, salah satu peserta Santri Writter Summit 2017 dan dicampur dengan beberapa informasi yang saya dapatkan, saya menyimpulkan bahwasanya pengeroyokan tersebut dipelopori oleh satu orang dan kemudian diikuti oleh serangan kedua dan seterusnya, yang artinya para pendemi tersebut bergerak secara otonom atau satu perintah, mungkin mereka yang memukul seterusnya merasa tidak berdosa sebab tidak terjadi apa-apa, dan hasilnya tentu seperti yang kita perkirakan; Ade Armando ditelanjangi dan menjadi samsak para pendemo.
Saya tentu merasa sedih dengan adanya kasus ini, bukan karena apa namun jikalau memang Ade Armando adalah Buzzer pemerintah, setidaknya beliau adalah salah satu Buzzer yang Family Friendly dibandingkan dengan yang lainnya, sebutlah Abu Janda yang kelakuannya minta ampun dan Yusuf Muhammad yang gemar sekali membully kebijakan Anies Baswedan dengan tawanya yang disturbing.
Saya pun pernah menonton argumentasinya saat menanggapi Najwa Shihab terkait perpindahan ibu kota, dan karena dijelaskan secara tenang dan lugas, maka poin-poinnya masuk walau beberapa argumentasinya yang lain menyisakan lembaran kosong untuk diisi.
Tapi bagaimanapun, semua ini telah terjadi. Saya menyayangkan hal ini terjadi di bulan suci Ramadhan dimana kaum mayoritas sedang berpuasa, yang artinya mereka bukan hanya sedang menahan rasa lapar dan dahaga semata, melainkan juga dari nafsu dan amarah.
Dan sepertinya, dari kasus ini kita memahami bahwasanya beberapa orang memang harus mengganti puasanya, itupun kalau mereka merasa bersalah dalam melakukannya. Dan saya pun tentu tidak langsung menyimpulkan yang melakukan pengeroyokan adalah dari kaum Muslim saja, apalagi semua dari kaum mahasiswa.
Sebab Grace Natalie melalui channel Youtube CokroTV, yang juga mengambil informasi dari pengamatan Ade Armando, mengatakan bahwasanya demo ini hanya diisi 70% dari kaum mahasiswa, selainnya tentu tidak kita ketahui siapa. Â
Dalam demo ini kita semua juga tahu bahwa objek kebencian masyarakat adalah pemerintah dan segala komponennya sehingga siapapun bisa melakukan tindakan anarkis pada apapun dan siapapun. Terlepas mereka adalah mahasiswa, budak politik, maupun mahasiswa bayaran.
Tapi sekali lagi, semua itu telah berlalu, kita harus memperbaiki banyak aspek agar hal-hal semacam ini tidak terulang kembali, misalkan memperbaiki pendidikan kita agar anarkisme di Indonesia bisa diminimalisir.
Sebenarnya ada hal yang membuat saya lebih mengernyit dari kejadian ini adalah berita yang keluar setelah Ade Armando dikeroyok, saya bingung mau menyimpulkan ini adalah hal yang ironi maupun lucu, karena statement tersebut mengatakan 'Saya akan semakin menggila setelah ini'
Saya bingung untuk memaknai 'menggila tersebut', apakah menggila untuk mendukung pemerintah atau ada hal lain yang disebut menggila bagi pemikirannya? Namun daripada memikirkan hal tersebut, lebih baik mendoakan Ade Armando sebab ia mengalami cedera serius pada bagian kepala, ia juga harus dijahit didekat bagian mata sebab kepalanya ditendang dan diinjak-injak.
Dan terakhir, Sebagai Muslim, saya tentu mengharapkan bulan suci Ramadhan yang tanpa intervensi apalagi hal-hal yang berbau anarki, namun mungkin kita harus menunda lagi tahun ini dan berharap semoga tahun esok kita bisa merasakan bulan suci Ramadhan yang penuh kedamaian, ketentraman, serta jauh dari kasus-kasus yang dapat menaikkan emosi.
Amin.
Baca Juga : Aku Akan Mencintaimu Seperti Shubuh
Baca Juga : Tuhan Yang Maha Egois
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H