Dan akibat kebencian yang telah mengakar kuat kepada pemerintah serta Buzzer yang selalu dalam lindungan hukum, maka Ade Armando yang kebetulan ada pada saat itu pada akhirnya menjadi korban diwaktu yang bersamaan.
Dari diskusi saya bersama Rijal, salah satu peserta Santri Writter Summit 2017 dan dicampur dengan beberapa informasi yang saya dapatkan, saya menyimpulkan bahwasanya pengeroyokan tersebut dipelopori oleh satu orang dan kemudian diikuti oleh serangan kedua dan seterusnya, yang artinya para pendemi tersebut bergerak secara otonom atau satu perintah, mungkin mereka yang memukul seterusnya merasa tidak berdosa sebab tidak terjadi apa-apa, dan hasilnya tentu seperti yang kita perkirakan; Ade Armando ditelanjangi dan menjadi samsak para pendemo.
Saya tentu merasa sedih dengan adanya kasus ini, bukan karena apa namun jikalau memang Ade Armando adalah Buzzer pemerintah, setidaknya beliau adalah salah satu Buzzer yang Family Friendly dibandingkan dengan yang lainnya, sebutlah Abu Janda yang kelakuannya minta ampun dan Yusuf Muhammad yang gemar sekali membully kebijakan Anies Baswedan dengan tawanya yang disturbing.
Saya pun pernah menonton argumentasinya saat menanggapi Najwa Shihab terkait perpindahan ibu kota, dan karena dijelaskan secara tenang dan lugas, maka poin-poinnya masuk walau beberapa argumentasinya yang lain menyisakan lembaran kosong untuk diisi.
Tapi bagaimanapun, semua ini telah terjadi. Saya menyayangkan hal ini terjadi di bulan suci Ramadhan dimana kaum mayoritas sedang berpuasa, yang artinya mereka bukan hanya sedang menahan rasa lapar dan dahaga semata, melainkan juga dari nafsu dan amarah.
Dan sepertinya, dari kasus ini kita memahami bahwasanya beberapa orang memang harus mengganti puasanya, itupun kalau mereka merasa bersalah dalam melakukannya. Dan saya pun tentu tidak langsung menyimpulkan yang melakukan pengeroyokan adalah dari kaum Muslim saja, apalagi semua dari kaum mahasiswa.
Sebab Grace Natalie melalui channel Youtube CokroTV, yang juga mengambil informasi dari pengamatan Ade Armando, mengatakan bahwasanya demo ini hanya diisi 70% dari kaum mahasiswa, selainnya tentu tidak kita ketahui siapa. Â
Dalam demo ini kita semua juga tahu bahwa objek kebencian masyarakat adalah pemerintah dan segala komponennya sehingga siapapun bisa melakukan tindakan anarkis pada apapun dan siapapun. Terlepas mereka adalah mahasiswa, budak politik, maupun mahasiswa bayaran.
Tapi sekali lagi, semua itu telah berlalu, kita harus memperbaiki banyak aspek agar hal-hal semacam ini tidak terulang kembali, misalkan memperbaiki pendidikan kita agar anarkisme di Indonesia bisa diminimalisir.
Sebenarnya ada hal yang membuat saya lebih mengernyit dari kejadian ini adalah berita yang keluar setelah Ade Armando dikeroyok, saya bingung mau menyimpulkan ini adalah hal yang ironi maupun lucu, karena statement tersebut mengatakan 'Saya akan semakin menggila setelah ini'
Saya bingung untuk memaknai 'menggila tersebut', apakah menggila untuk mendukung pemerintah atau ada hal lain yang disebut menggila bagi pemikirannya? Namun daripada memikirkan hal tersebut, lebih baik mendoakan Ade Armando sebab ia mengalami cedera serius pada bagian kepala, ia juga harus dijahit didekat bagian mata sebab kepalanya ditendang dan diinjak-injak.