Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jika Allah Dzat, Maka Allah Dzat Apa?

30 Maret 2021   12:15 Diperbarui: 30 Maret 2021   12:24 3286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan

"Jika Allah adalah dzat, maka dia dzat apa? Apakah dia padat seperti tanah atau cair seperti air (benda) ? Apakah dia gas atau uap seperti udara (kimia)? Inilah ketidaklogisan Tuhan Muslim"

Saya kerap menemukan pertanyaan ini dalam perdebatan yang terjadi di dunia maya, dan tentu saja pertanyaan menjebak semacam ini juga digunakan para missionaris dan atheis untuk membuat iman kita goyah.

Ada beberapa hal yang membuat pertanyaan ini mencuat ke dunia dan menyatu dalam jiwa-jiwa manusia. Yaitu karena Tuhan umat muslim yang disebut Allah, tidak mampu di empiriskan seperti Tuhan-Tuhan umat lainnya.

Kita sebut saja Budha yang pernah memberikan jejaknya di Bumi atau Yesus (dalam Kristen, Yesus adalah Tuhan, namun dalam Islam, Yesus atau nabi Isa tidak pernah disalib). Bahkan Siwa, Wisnu, dan Brahma sendiri memiliki rekam sejarah yang ditulis dalam sejarah.

Namun Allah, Allah tidak pernah memiliki rekam jejak di Bumi. Ia tidak berwujud seperti yang manusia imajinasikan sebab Ia memang tidak akan pernah serupa dengan apa yang ia ciptakan. Allah sendiri pernah berfirman dalam surah Al-Ikhlas bahwa Dia tidak beranak dan tidak pernah diperannakkan, Ia juga berfirman bahwa tidak ada yang akan pernah serupa dan setara dengannya.

Namun firman inilah yang menjadi polemik dan menjadi bahan olok-olokan agama lain. Perbedaan yang terjadi telah membuat celah untuk suatu perdebatan yang terbuka dan mempertanyakan bagaimana wujud Tuhan dari umat Muslim.

Umat Muslim sendiri juga tidak tahu bagaimana wujud asli dari Allah. Jawaban yang mereka miliki hanya berpegang pada Allah adalah suatu dzat, pun jawaban ini juga mereka ambil dari perkataan Rasulullah SAW.

Allah memang memiliki dzat yang Maha Esa dan dzat-dzat lainnya. Namun kendati demikian, hal inilah yang menciptakan sebuah pertanyaan logis dan sering menjerumuskan manusia kedalam dunia kemurtadan.

Baca Juga: Jika Nabi Muhammad Mampu Menyelamatkan, Mengapa Nabi Muhammad Meminta Untuk Didoakan?

Lalu Jika Allah adalah dzat, Maka Allah dzat apa?

Sebagian besar umat Muslim mungkin tidak akan mampu menjawabnya karena ini bersifat mengempiriskan keberadaan Allah SWT. dan hal ini pulalah yang menjadi bahan olok-olokan umat lainnya.

Namun sebenarnya, siapa yang mengolok? Siapa yang diperolok?

Merekalah yang sebenarnya diperolok oleh Allah SWT.

Pertanyaan ini memang sulit jika kita melihat secara sekilas dan membuat otak kita berpikir keras. Dan ketika saya memikirkan jawabannya, ternyata jawabannya sangat sederhana.

Selepas pergulatan saya dengan pemikiran yang saya miliki, saya menemukan fakta bahwa sebenarnya pertanyaan ini mengolok mereka yang bertanya. Tepatnya Allah mengolok pemikiran sempit mereka.

Manusia sejatinya adalah animal educable atau hewan yang berpikir. Secara teori, Manusia menemukan ilmu pengetahuan dengan cara berpikir dan melalui pengalaman, namun sayangnya, kemampuan ini begitu terbatas karena manusia tidak pernah mengalami pengalaman sempurna untuk bertemu dengan Tuhan, juga pemikiran kita tidak akan pernah menjangkau wujud dari Tuhan karena hakikat kita memanglah hamba.

Kita sebagai manusia tidak akan pernah mampu menjangkau alam Tuhan. Tidak akan pernah. Manusia telah diciptakan untuk melihat kebesaran Allah, tetapi tidak dengan wujud-Nya. Lihat saja mereka yang mempertanyakan tentang dzat Allah dan menyamai dengan ciptaannya. Mereka lupa bahwa Allah tidaklah sama dengan ciptaannya.

Jadi ketika mereka mempertanyakan dzat Allah, mereka sebenarnya mengumbarkan bagaimana sempitnya pemikiran mereka karena mereka menyamakan dzat Allah dengan dzat-dzat yang pernah mereka jumpai. Mereka menyamakan dzat Allah seperti tanah yang padat, air yang cair, uap dan gas yang seperti udara. Namun mereka lupa bahwa ada dzat metafisik yang tidak manusia ketahui.

Otak manusia begitu sempit untuk menjangkau cahaya-cahaya itu, karena adalah sebuah kemustahilan untuk manusia mengetahui wujud Allah Swt. kita tentu tidak akan pernah lupa bagaimana nabi Musa ingin melihat wujud Allah dan mengakibatkan gunung dihadapannya tercerai berai.

Jika gunung yang lebih besar saja dari otak mungil manusia bisa meledak karena wujud-Nya, bagaimana mungkin otak manusia yang hanya sekitar 2 persen dari tubuh kita bisa menampungnya?

Manusia tidak pernah diciptakan untuk mengetahui wujud Allah karena ketidakmampuan umat manusia. Namun kendati demikian, kita bisa melihat wujud kebesaran-Nya dari apa yang Allah ciptakan, kita bisa mengenal keindahan-Nya dari benda-benda pemandangan disekitar kita, kita juga bisa mengenal kehebatan-Nya dari mengetahui cara kerja tubuh kita.

Hal itulah mengapa Allah melalui nabi Muhammad Saw. Melarang kita untuk memperolok-olok sesama kita. Karena dalam kenyataannya, mungkin kita terlihat memperolok mereka, namun sebenarnya kita memperolok yang menciptakan. Dan tentunya Allah tidak suka dengan kaum yang merendahkan kaum lainnya.

Pada akhirnya jika kita berpikir sejenak, kita akan mengetahui fakta bahwa setiap kita mempertanyakan wujud Allah Swt. sebenarnya Allah sedang mengejek kita melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut. Karena hakikatnya kita adalah hamba dan Allah telah menciptakan kita seperti ini. Jadi ketika kita mempertanyakan wujud-Nya, kita semestinya mengetahui bahwa otak kita terlalu sempit untuk mengetahui bagaimana wujud-Nya.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini memang sering dilontarkan atheis atau para missionaris guna membuat kita terjerumus kedalam jurang kemurtadan. Akan tetapi, saya percaya bahwa semua pertanyaan yang ada di alam semesta sedang bersembunyi dibalik waktu, dan membutuhkan waktu yang pas untuk Tuhan memberikan jawaban-jawaban tersebut.

Saya selaku penulis juga sangat bersyukur dipertemukan dengan pertanyaan logis tersebut, karena sebab itulah saya juga diberikan pemahaman seperti ini oleh Allah Swt. dan karena hal itu pula, sudah menjadi kewajiban saya untuk memberikan anda pengetahuan yang Allah amanahkan kepada saya. Karena sejatinya, manusia yang diridhai Allah adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Baca Juga:Jika Kita Diciptakan untuk Beribadah, Mengapa Hanya Kerja yang Membuat Kita Kaya?

Kesimpulan:

Memang beberapa pertanyaan yang dilemparkan missionaris dan Atheis selalu menjelek jelekkan agama Islam dengan kelogisan mereka. Namun mereka lupa bahwa kelogisan merekalah yang diolok-olok oleh tuhan. Sama seperti pertanyaan tentang dzat Allah, mereka hanya mengaitkan dzat Allah dengan dzat yang pernah ditemukan manusia namun lupa bahwa ada hal-hal metafisik yang tidak berwujud, dan tidak bisa dijangkau oleh otak manusia yang hanya seberat 2 persen dari tubuh kita.

Akhir:

Semoga artikel ini menjawab pertanyaan anda mengenai dzat Allah Swt. dan semoga kita diberikan kesempatan untuk bertemu di lain hari. Bila ada kesalahan dalam tutur kata atau menyinggung orang lain, maka saya sebagai penulis meminta maaf sebesar-besarnya. Semoga kita dijauhkan dari marabahaya dan pemikiran-pemikiran sesat semacam ini, dan semoga Allah senantiasa memberikan kita keselamatan. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun