Mohon tunggu...
Hanifati Laili Mazaya
Hanifati Laili Mazaya Mohon Tunggu... -

teknologi industri pangan 2009, UNPAD

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemilihan Umum Hati

21 April 2014   02:14 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hahaha, mending lah ketimbang aku masih jadi mahasiswa tua. Belum lulus aku mah. Eh, duduk di kursi taman itu yuk! Kita ngobrol dulu,” ucap Misyel menarik lengan Mia, tanpa menunggu jawaban dari Mia.

Obrolan panjang antara dua sahabat lama ini mengalir begitu saja. Mia seolah lupa hari itu ia belum mandi. Baru saja Mia ingin menanyakan perihal laki-laki yang ia temukan dan mengaku bernama Iman pada Mia, Misyel sudah memanggil laki-laki itu.

“Iman, sini! Kita ngobrol-ngobrol dulu. Laki-laki itu kemudian menghampiri Misyel dan duduk diantara Misyel dan Mia. “Man, masih inget gak sama Mia, temen TK dulu?”

“Ingat dong, masa sih lupa? Tadi aku sudah menyapa kok, iya kan, Mi?”

“Cie, yang udah sapa-menyapa. Udah tidak marah lagi, Man dengan kelakukan Mia jaman dulu?” tanya Misyel sambil tersenyum menyeringai. Misyel tau banyak tenang Iman. Maklum lah mereka satu sekolah dari TK sampai SMA.

“Emang aku dulu ngapain?” tanya Mia kebingungan. Mia benar-benar lupa dengan laki-laki yang duduk di sampingnya. Umur Mia sudah beranjak 22 Tahun, dan TK? Bukan kah TK itu berlangsung saat usia 4-5 tahun? Sudah hampir 17 tahun yang lalu! Mia benar-benar lupa dengan laki-laki yang bernama Iman itu.

“Kamu dulu menginjak kelingking kiriku, saat kita bersembunyi berdua di balik kolam renang ketika kita main petak umpat. Ingat?”

“Hah?” Mia berusaha berpikir keras. Memorinya sepertinya mulai tergali. Samar-samar Mia dapat mengingat kejadian saat itu. “Iman yang nangis waktu itu? Yang abis itu ngadu ke mamahnya pas pengajian di TK?” tanya Mia akhirnya. Rasa malu langsung menyergap, mengingat tingkah laku konyolnya dulu pada laki-laki cinta pertamanya itu.

“Hahaha, Iya Mi, Iya! Kamu tau gak sih? si Iman gak mau satu SD sama kamu. Setiap masuk SMP dan SMA juga dia menghindari kamu. Sekolah SMA unggulan kan? Si Iman tuh sudah diterima di sana, tapi pas tau ada kamu di sekolah itu dia langsung mau pindah ke sekolah swasta. Jadi akhirnya Iman satu seolah lagi deh sama aku,” cerocos Misyel panjang lebar.

Iman berusaha menutup mulut Misyel, tapi usahanya percuma Misyel telah membebarkan semuanya. Iman jadi salah tingkah sendiri menghadapi gadis di smping kirinya itu. Awalnya dulu memang Iman sangat marah dengan gadis itu. Apalagi gadis tidak pernah meminta maaf padanya. Lama-lama ia menjadi dendam dengan gadis bernama Mia itu.  Segala hal ia lakukan untuk mencari tahu tentang gadis itu. Bahkan ketika friendster ataupun facebook lagi booming-booming-nya ia diam-diam membuat akun khusus dengan mengubah identitasnya. Hingga saat ini path bahkan instragam pun ia follow tentunya dengan nama samaran.

Perasaan kesal itu lama-lama berubah menjadi rasa penasaran. Apalagi kini Mia telah berubah sangat jauh. Tubuh gumpal, pendek, kecil dan berwajah bulat hilang entah kemana. Wajahnya berbentuk hati dan dipermanis dengan rambut panjang dengan poni miringnya, tubuhnya tinggi menjulang dengan porsi tubuh sedikit semok. Hari ini benar-benar hari pertama bagi Iman melihat sosok Mia secara langsung, tanpa bersembunyi seperti yang sering ia lakukan. Apalagi Iman benar-benar sudah lama tak bertemu Mia sejak Mia kuliah di luar kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun