Perundungan atau bullying marak terjadi di tempat kerja. Perundungan yang terjadi di tempat kerja hampir semua adalah jenis perundungan yang tidak kelihatan, alias bukan perundungan yang berbentuk tindak kekerasan fisik.
Di tempat kerja perundungan mengarah pada mental atau psike (jiwa) seseorang. Awalnya mungkin bersifat candaan, namun lama kelamaan selorohan itu berubah menjadi sesuatu yang dapat menjatuhkan, misalnya sindiran, kritikan tidak membangun, hingga hujatan, atau hardikan yang menyakitkan.
Kemenkes (23 Juni 2022) melansir arti perundungan sebagai perilaku agresif berupa tindakan kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan berulang kali serta adanya ketimpangan kekuasaan yang mengakibatkan sulitnya untuk membela diri bagi pihak yang di-bully.
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana situasinya di lapangan. Mari kita simak pengalaman Marina (bukan nama sebenarnya) di tempat kerja dan tindakan yang diambilnya, semoga dapat menjadi bahan masukan dan inspirasi bagi yang membutuhkan.
“Sebenarnya aku masuk kerja karena referensi teman ini. Tapi entah kenapa mungkin karena takut tersaingi karena kinerjaku bagus. Juga mungkin karena aku cukup vokal menyuarakan perbaikan sistem dan kecurangan, dia menghasut atasan seolah-olah kinerja aku jelek,” tutur Marina yang mengalami langsung perundungan dari rekan kerjanya.
Dilansir klikdokter.com (15 Juli 2019) dalam artikel, Bullying di Tempat Kerja Akibatkan Hal Ini pada Korban, dr. Reza Fahlevi menyatakan sekarang ini perundungan di tempat kerja cenderung bertujuan untuk “menjatuhkan” mental korban. Bentuk bullying ini dapat berupa cacian atau makian, merendahkan nama baik, selalu memberikan kritik negatif secara sepihak, fitnah, dan lain-lain.
Menanggapi pernyataan di atas Marina berkata, “Rekan ini menghasut atasan sehingga membentuk opini buruk tentang aku dan prestasi kerja di kantor.”
Ia menambahkan, “Caranya dengan membuat suasana kerja tidak nyaman, hasil kerja dinilai salah terus, dan kinerja dianggap jelek. Selain itu sering dimarahi dan dianggap bodoh.”
Dalam situasi kerja yang tidak nyaman ini Marina mengatakan bahwa ia mendapat dukungan dari bos langsungnya di kantor, meskipun sayangnya bos langsung itu tidak cukup mempunyai nyali untuk membantu.
“Saat itu bos langsung tahu bahwa aku difitnah, cuma dia ada di bawah intimidasi atasan yang sama, jadi tidak berani untuk membela. Sampai sekarang pun bos langsung aku itu memang orang yang tidak berani melawan dan selalu tertindas, menurut saja apa kata atasan meskipun salah,” kata Marina.