“... yang salat Idulfitri banyak banget! Rasanya seperti di Indonesia, minus enggak ada keluarga aja, ya. Masjid tiga lantai penuh, gedung Balai Indonesia tiga lantai penuh, lapangan parkir penuh, antri untuk gelombang salat selanjutnya sampai panjang, mungkin antrian hampir setengah ke arah stasiun Meguro!” seru sahabat kita, Retnovita Kartini.
(Catatan: Masjid Indonesia Tokyo dan Balai Indonesia ada di dalam lingkungan SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo). Ketiga tempat ini dipakai untuk salat Idulfitri).
“Oh, dan ada polisi juga! Saking ramainya, ada polisi (pakai baju jas biasa) bantu `mengamankan` soalnya SRIT ada di dekat perumahan penduduk, khawatir berisik ganggu kenyamanan warga sekitar. Benar-benar salut, deh dengan cara pandang orang di Jepang, enggak mau mengganggu orang lain.” Ibu muda yang biasa dipanggil Vita ini menambahkan.
Vita yang asli kota Balikpapan dan suami sudah lebih dari tujuh tahun tinggal di Jepang. Suami sahabat kita ini bekerja di perusahaan Jepang di Tokyo. Mereka sekarang berdomisili di area Kawasaki.
Kenapa memilih salat Idulfitri (2024) di SRIT kali ini?
Tahun ini kami pilih salat di SRIT supaya bisa benar-benar merasakan suasana seperti di Indonesia. Beberapa tahun lalu pernah salat Idulfitri di masjid Turki. Di sana suasananya terasa lebih internasional karena banyak orang asing yang datang.
Bisa ceritakan sedikit prosedur sebelum hari-H salat Idulfitri?
Sebelum hari-H kita bisa daftar melalui link/barcode yang ada di post Instagram KBRI Tokyo. Menurut info di IG tertulis ada empat alokasi waktu. Masing-masing di jam 7.00, 8.00, 9.00, dan 10.00 pagi. Kuota langsung penuh, jadi daftar harus cepat-cepatan. Setelah terdaftar peserta dapat barcode yang nanti akan di-scan di SRIT.
Bagaimana suasana dan pelaksanaan salat pada hari-H?
Kami dapat jadwal untuk jam 7.00 pagi. Karena itu gelombang pertama, ada sambutan dari Bapak Duta Besar sebelum khotbah dan salat. Juga ada laporan total zakat, infak, dan sedekah.
Suasana waktu salat seperti di Balikpapan! Imam juga ceramah pakai bahasa Indonesia, jadi khas Indonesia sekali! Dan karena ada empat gelombang, sepertinya ceramah dibuat singkat dan semuanya bisa lekas selesai. Total waktu dari sambutan dubes, khotbah, dan salat, makan waktu sekitar 45 menit. Cuma kami tidak bisa berlama-lama setelah salat selesai karena harus segera keluar area SRIT supaya peserta gelombang berikutnya bisa masuk dengan lancar.
Apa ada acara open house/silaturahmi setelah salat?
Ada acara silaturahmi di Wisma Duta Besar (Catatan: itu kediaman resmi duta besar RI di Tokyo. Lokasinya terpisah). Tapi berhubung ada acara lain, kami tidak pergi ke sana kali ini. Dengar-dengar banyak WNI yang pergi ke sana karena di masa pandemi KBRI tidak bisa mengadakan acara open house.
Apa ada aturan dari panitia bagi yang mau salat di SRIT ?
Ada aturannya. Salah satunya kami diminta untuk datang pakai transportasi umum dan berwudu di rumah. Di SRIT ada tempat wudu dan tempat parkir, cuma mungkin panitia menyarankan ini untuk menghindari antrian panjang dan juga supaya proses pelaksanaan salat lancar.
Apa ada warga Jepang atau warga asing lain yang datang?
Ya, ada beberapa orang Jepang. Juga orang Jepang yang menikah dengan orang Indonesia. Dan ada beberapa orang asing lain.
Suasana hari Idulfitri di Tokyo bagaimana?
Karena masyarakat Jepang tidak merayakan Idulfitri jadi suasananya, ya seperti hari biasa. Kecuali pada waktu salat di SRIT.
Apa suami boleh minta izin libur dari kantor untuk pergi salat Idulfitri? Apa tanggapan pihak kantor?
Ya, boleh minta izin. Satu hari saja. Tanggapan dari pihak kantor baik, tidak ada masalah. Sebenarnya tidak perlu pakai surat resmi dari KBRI atau KMII (Keluarga Masyarakat Islam Indonesia) juga boleh-boleh saja minta izin di kantor suami. Tapi pihak KMII menyiapkan surat izin salat Idulfitri (di bahasa Jepang dan Inggris) kalau ada perusahaan yang minta.
Vita, pembayaran zakat fitrah di Tokyo bagaimana?
Untuk zakat fitrah kami bayar melalui KMII Jepang. Cara bayarnya ada di situs web/Instagram KMII. Mudah, kok. Lewat KMII kita bisa juga bayar, misalnya untuk zakat maal, fidyah, atau sedekah/infak.
Apa ada persiapan khusus untuk hari Idulfitri?
Sebelum Ramadan kami sempat mudik ke Indonesia, jadi waktu di sana beli kue-kue untuk hari Lebaran. Nah, untuk menambah suasana rumah seperti di Indonesia kami masak opor dan soto Banjar.
Apa ada hal-hal menarik atau berkesan dengan pengalaman salat di SRIT kali ini?
Oh, ada cerita menarik. Barcode (yang diterima peserta setelah daftar) yang katanya akan di-scan panitia, ternyata tidak dipakai juga, alias tidak dicek.
Juga, kami datang mepet waktu hari itu, tapi masih boleh masuk oleh panitia meskipun di aturan di IG dibilang pintu akan ditutup 15 menit sebelum acara. Kirain panitia (orang Indonesia) setelah lama tinggal di Jepang akan jadi seperti orang Jepang yang strict aturan. Untungnya enggak… (tertawa).
Tapi, harus diakui juga pelaksanaan salat kali ini bisa berjalan lancar dan tertib berkat upaya keras panitia. Alur jalan masuk/keluar masjid, Balai Indonesia, dan gedung sekolah betul-betul diatur. Bahkan ada panitia yang berjaga-jaga di jalan raya Meguro (Catatan: jalan menuju SRIT) dan mengarahkan jamaah supaya antri dengan tertib dan tidak bergerombol.
Peserta yang datang paling awal diarahkan lebih dulu ke masjid. Setelah penuh, yang lain diarahkan ke aula sekolah. Begitu aula terisi penuh, selanjutnya bisa memakai lorong sekolah. Kalau lorong sudah tidak cukup lagi, panitia baru memakai lapangan untuk tempat salat. Di SRIT juga disediakan tempat khusus oleh panitia untuk ibu yang membawa bayi.
Bagaimana cara mendapatkan informasi tentang salat Idulfitri di Tokyo?
Kalau mau salat Idulfitri di SRIT, kita bisa pantau situs web/IG KBRI Tokyo dan baca cara daftar dan aturan-aturannya. Kalau salat di masjid Indonesia lain bisa langsung datang ke tempatnya, misalnya Masjid Nusantara di Akihabara atau Masjid Al-Ikhlas di Kabukicho. Kita bisa cek IG dua masjid ini. Selain itu, pantau situs web/IG KMII Jepang.
Kadang-kadang kami cek juga situs web Japan Muslim Guide atau Tokyo Camii (masjid Turki).
Terakhir, kesan Vita salat Idulfitri di Tokyo tahun ini apa?
Rasa haru! Bisa bertemu banyak orang Indonesia yang senasib jauh dari keluarga itu rasanya terharu sekali, jadi tidak merasa 'sendiri'.
******
Terima kasih banyak untuk Retnovita Kartini yang sudah berbagi cerita.
Photos: Retnovita Kartini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H