Karena masyarakat Jepang tidak merayakan Idulfitri jadi suasananya, ya seperti hari biasa. Kecuali pada waktu salat di SRIT.
Apa suami boleh minta izin libur dari kantor untuk pergi salat Idulfitri? Apa tanggapan pihak kantor?
Ya, boleh minta izin. Satu hari saja. Tanggapan dari pihak kantor baik, tidak ada masalah. Sebenarnya tidak perlu pakai surat resmi dari KBRI atau KMII (Keluarga Masyarakat Islam Indonesia) juga boleh-boleh saja minta izin di kantor suami. Tapi pihak KMII menyiapkan surat izin salat Idulfitri (di bahasa Jepang dan Inggris) kalau ada perusahaan yang minta.
Vita, pembayaran zakat fitrah di Tokyo bagaimana?
Untuk zakat fitrah kami bayar melalui KMII Jepang. Cara bayarnya ada di situs web/Instagram KMII. Mudah, kok. Lewat KMII kita bisa juga bayar, misalnya untuk zakat maal, fidyah, atau sedekah/infak.
Apa ada persiapan khusus untuk hari Idulfitri?Â
Sebelum Ramadan kami sempat mudik ke Indonesia, jadi waktu di sana beli kue-kue untuk hari Lebaran. Nah, untuk menambah suasana rumah seperti di Indonesia kami masak opor dan soto Banjar.Â
Apa ada hal-hal menarik atau berkesan dengan pengalaman salat di SRIT kali ini?
Oh, ada cerita menarik. Barcode (yang diterima peserta setelah daftar) yang katanya akan di-scan panitia, ternyata tidak dipakai juga, alias tidak dicek.
Juga, kami datang mepet waktu hari itu, tapi masih boleh masuk oleh panitia meskipun di aturan di IG dibilang pintu akan ditutup 15 menit sebelum acara. Kirain panitia (orang Indonesia) setelah lama tinggal di Jepang akan jadi seperti orang Jepang yang strict aturan. Untungnya enggak… (tertawa).
Tapi, harus diakui juga pelaksanaan salat kali ini bisa berjalan lancar dan tertib berkat upaya keras panitia. Alur jalan masuk/keluar masjid, Balai Indonesia, dan gedung sekolah betul-betul diatur. Bahkan ada panitia yang berjaga-jaga di jalan raya Meguro (Catatan: jalan menuju SRIT) dan mengarahkan jamaah supaya antri dengan tertib dan tidak bergerombol.