Mohon tunggu...
Mayta Rahmawati
Mayta Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya seorang INFP

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Eksistensi Chat GPT di Era Globalisasi bagi generasi muda

12 Desember 2024   13:24 Diperbarui: 12 Desember 2024   13:31 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Anak muda generasi z merupakan anak muda yang canggih dan hebat. Mereka pandai memanfaatkan teknologi yang telah ada. Dan tak banyak dari mereka juga selalu membuat teknologi- teknologi baru. Menurut Web Uiversitas Airlangga memaparkan bahwasanya Teknologi Artificial Intelligence (AI) ‘Chat GPT’ adalah teknologi yang berkembang dengan cepat hingga mencapai pengguna 1 juta dalam beberapa 2 hari setelah perilisan. Indonesia menempati posisi ke-3 setelah Amerika dan India sebanyak 5,99 persen. Namun sangat disayangkan, sifat yang selalu memanfaatkan teknologi ini membuat anak muda zaman sekarang lebih senang sesuatu yang instan dan tidak mau repot. Sehingga membuat mereka selalu bergantung terhadap teknologi yang selalu terbarukan. Contohnya saja penggunaan GPT yang disalah gunakan oleh kalangan anak muda zaman sekarang.

Di Era sekarang ini anak muda seringkali memanfaatkan Chat GPT untuk keperluan mengerjakan tugas. Bahkan maksud dan tujuan mereka tidak hanya untuk mencari inspirasi dan informasi penting, tetapi tujuan mereka adalah untuk menyalin Seluruh jawaban dari Chat GPT tanpa membaca dan memahami maksud dari jawaban AI tersebut. Hal inilah yang membuat mereka kemudian akan mengalami kesesatan karena tidak menyaring informasi yang diberikan oleh AI tersebut dan hanya menerimanya secara mentah mentah.

Dampak negatif dari penggunaan chat GPT pada anak muda adalah :

1.Penurunan kemampuan berfikir

Jika kita terlalu sering menggunakan Chat GPT maka akal kita akan jarang diasah dan menyebabkan akal kita malas serta menjadi malas berfikir hal itu dapat mengurangi kemampuan kita dalam berfikir dan menganalisis suatu topik maupun masalah. Maka dari itu kemampuan berfikir dapat menurun.

2.Penerimaan informasi yang tidak akurat

IA sendiri merupakan kecerdasan buatan yang mengumpulkan jawaban dari pertanyaan yang kamu ajukan dari berbagai sumber, dan tidak semua sumber merupakan sumber yang akurat dan terpercaya, hal tersebut dapat menyebabkan kesesatan untuk kita dalam menerima informasi jika kita kurang memperhatikan jawaban yang diberikan oleh AI. Menurut jurnal Ilmu pendidikan, meski kemudahan bisa diperoleh melalui Chat GPT. Namun, secara sosial, emosional, psikologis pendidik tidak akan bisa terganti sampai kapanpun, hal ini karena komunikasi dan interaksi emosional secara langsung antara pembelajar dengan pendidik tidak bisa dimiliki oleh media teknologi Chat GPT.

3.Terjerat plagiarisme

Chat GPT memberikan jawaban dari pengumpulan- pengumpulan materi dari sumber lain, hal tersebutlah yang menyebabkan Chat GPT mudah terdeteksi plagiarism karena diambil dari sumber sumber lain serta merupakan pelanggaran hak cipta jika sampai digunakan untuk membuat scripsi maupun sebuah penelitian.

Namun dari berbagai dampak Negatif penggunaan Chat GPT ini tidak membuat anak muda berhenti menggunakan aplikasi ini. Sangat disayangkan hal ini akan membuat kerugian bagi dirinya sendiri. Sehingga plagiarisme semakain marak Dimana mana karena penggunaan chat GPT. Bagaimanapun juga ide dan hasil berfikir manusia tidak akan bisa dikalahkan oleh AI, karena hasil berfikir murni dari cara berfikir manusia beda dengan AI yang mendapatkan informasi dari hasil pemikiran orang orang yang dijadikan satu lalu diberikan kepada para mengguna Chat GPT. UNESCO juga memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan dan penggunaan teknologi AI dapat menunjang berjalannya Sustainable Development Goals (SDGs) agar semakin baik dan memberikan dampak positif.

Sebagai mahasiswa tentunya sangat tidak lazim jika menggunakan Chat GPT untuk mengerjakan sebuah tugas, apalagi dengan langsung mengcopynya tanpa di saring menggunakan bahasanya sendiri. Telah ditemukan banyak khasus dari penggunaan chat GPT yang tidak bijak ini contohya saja apabila kita ketahuan menggunakan chat GPT oleh Dosen maka tidak segan segan seorang dosen akan memberikan nilai kita menjadi C atau bahkan langsung mencoret nama kita. Karena teknologi ini sudah dikenali dikalangan guru, dosen, HRD, serta Masyarakat.

Maka dari itu sebagai anak muda tidak seharunya kita menggunakan chat GPT untuk dijadikan sebagai tempat mengcopas sebuah jawaban. Namun sebagai anak muda patut kiranya kita lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi yang telah ada itu, dengan menjadikanya sebagai sumber informasi saja maupun sebagai inspirasi jawaban, dan tetap mencari sebuah jawaban lewat membaca sebuah jurnal serta buku atau sumber lainya untuk membantu mengumpulkan sebuah informasi yang benar. Sehingga nantinya akal kita tidak mati, karena kita tetap menggunakan akal kita untuk berfikir secara terbuka dengan melibatkanya di setiap kegiatan mengerjakan sebuah tugas.

Stop gunakan Chat GPT karena akalmu lebih berkualitas diberikan oleh yang kuasa dibanding Ai yang hanya kecerdasan buatan manusia. Manfaatkanlah akalmu sebaik mungkin, jangan terpengaruh oleh majunya teknologi. Jadilah generasi pencipta teknologi baru dengan mengaktifkan akalmu, dan janganlah jadi generasi penikmat teknologi dengan akal mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun