Mohon tunggu...
Syifa Humairah
Syifa Humairah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi STIBA Ar Raayah

Indahnya Skenario Allah Swt.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berdakwah Kepada Orang Tua, Sudah Siapkah?

15 Maret 2021   17:23 Diperbarui: 15 Maret 2021   17:27 2738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam adalah agama yang mengajarkan dan mengajak umat manusia kepada kebajikan dan keluhuran melalui ajaran yang di ajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Islam adalah agama yang universal bukan moderat. 

Karenanya, umat islam mempunyai kewajiban moral untuk melanjutkan dan melaksanakan misi kerasulan kepada semua umat manusia yaitu dengan cara berdakwah. Berdakwah adalah kewajiban yang Allah 'azza wajalla bebankan kepada setiap pundak-pundak mereka yang memiliki ilmu tentang al-Qur'an dan Sunnah Nya dengan pemahaman yang benar. Allah telah mengikatkan ikatan perjanjian yang kuat kepada mereka untuk menyampaikan ilmunya kepada seluruh manusia secara umum dan tidak menyembunyikanya. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman dalam ayat al-Qur'an yang (artinya):"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikanya." Lalu mereka melemparkan janji itu kebelakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima."(Qur'an Surah. Ali Imron [3]: 187)

Saat ini maraknya kejadian yang masih menjadi sebuah dilema bagi para da'i dan da'iyah ataupun para penuntut ilmu syar'i adalah berdakwah dalam lingkup keluarga, apalagi bila harus ditinjau dalam masyarakat yang lebih luas. Bila dalam sebuah keluarga orang tua lebih mumpuni dari anak-anaknya dalam segi ilmu agama maka kemungkinan dilema tidak sedemikian menyiksa, dikarenakan dengan adanya pemahaman ilmu agama dan kedudukan mereka sebagai orang tua yang tinggi akan dengan sangat mudah untuk menerapkan kewajiban dakwah ini kepada anak-anaknya. Namun kenyataanya fakta menunjukan masih banyak dari keluarga yang anak-anaknya lebih berilmu ketimbang bapak maupun ibunya, sehingga dakwah menjadi sebuah dilema. Dimana dakwah yang harus diemban dan dilaksanakan oleh anak-anak kepada orang tuanya terhalang dengan benteng keagungan, ketinggian, kemuliaan serta kedudukan orang tua.

Banyak contoh kasus yang dapat kita temui disekitar kita, seperti halnya perbedaan pendapat tentang acara walimah yang akan diselenggarakan, seorang putri menginginkan walimahnya dilakukan secara islami dan syar'i, akan tetapi orang tuanya menentang hal itu karena tidak mengerti maksud putrinya yang beda dari cara kebanyakan orang. Dan juga dalam segi pakaian, banyak dari orang tua menentang anak putrinya mengenakan pakaian syar'i yang hijabnya menjuntai kebawah menutupi seluruh tubuhnya dan bahkan menentang untuk menggunakan cadar. Alasanya mereka hanya takut akan kehidupan masa depan putri tercintanya. Padahal islam mengatakan bahwa menutup aurat hukumnya wajib, sebagaimana kesepakatan para ulama berdasarkan firman Allah 'azza wa jalla:


"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mendekatkan atau mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka!" Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu, dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang."(Qur'an Surah. Al-Ahzab [33]: 59)

Dari pernyataan diatas kita semakin yakin akan pentingnya suatu hikmah atau berlaku bijak dalam berdakwah, terlebih lagi dakwah kepada keluarga terutama orang tua. Arti dari hikmah menurut Syaikh Musthafa Al-'Adawi hafizhahullah ialah seseorang yang mampu bahkan wajib memahami dan menguasai suatu keadaan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat menempatkan segala urusannya pada tempatnya yang layak. Karena jika kita kehilangan hikmah tersebut, kemungkinan besar, dakwah akan berakibatkan kedurhakaan anak kepada orang tuanya. Sebagaimana terkadang ia akan bersikap menentang dan mengingkari kebenaran bila dakwah tersebut tidak dibangun dengan hikmah dan kelembutan. Maka perlu diperhatikan kembali bahwasanya Allah 'azza wajalla memerintahkan hamba-Nya agar dakwah dilakukan dengan penuh hikmah dan kelembutan, sebagaimana dalam firman-Nya:


"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."(Qur'an Surah. An-Nahl: 125)

Allah telah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk berlemah lembut ketika berbicara dalam rangka menasehati atau mendakwahi orang tua, sebagaimana firman Allah Ta'ala:


"Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah', janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulai," (Qur'an Surat. Al-Isra': 23)

Diantara beberapa hikmah bagi para anak yang hendak mendakwahi orang tuanya adalah:

  • Berdakwalah dengan akhlak mulia

Ketika berada dalam kondisi dimana orang tua kita basic agamanya lebih minim dibanding kita, maka berdakwah dengan menggunakan dalil bukanlah solusi yang tepat. Karena dakwah akan sangat sulit untuk bisa masuk dan mengetuk hati orang tua. Maka gunakanlah akhlak yang mulia kepada orang tua. Tunjukanlah kepada mereka bahwa dengan cara berbegang teguh dengan syari'at islam yang haq diri kita akan merasa jauh lebih baik dan hatipun akan jauh lebih tenang. Beberapa gambaran akhlak yang baik yang dapat menyentuh hati orang tua diantaranya:

  • Gemar membantu orang tua

Sikap gemar membantu orang tua akan membuahkan dampak positif yang sangat luar biasa, jika hal ini rajin dilaksanakan lambat laun akan terbangun jembatan yang akan mengantar kita untuk masuk ke dalam hati orang tua, sehingga dakwah yang akan kita sampaikan lebih mudah untuk mereka terima.

  • Jujur dalam bertutur kata.

Sifat jujur merupakan salah satu karakter mulia yang amat dianjurkan dalam islam. Allah Ta'ala berfirman:


"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar." (Qur'an Surah. Al-Ahzab: 70)

Kejujuran bertutur kata dalam kehidupan sehari-hari dapat membuahkan kepercayaan orang tua terhadap apa yang kita sampaikan, bukan hanya dalam perkara duniawi, namun juga dalam perkara agama, dsb.

  • Tidak tergesa-gesa dalam mengharap hasil dakwahnya dan tetap bersabar.

Bersabar sangatlah dibutuhkan dalam berdakwah, entah itu dakwah kepada orang tua maupun masyarakat umum. Dimana-nama dakwah itu butuh proses, tidak ada yang instan. Sedikit demi sedikit, berikanlah pemahaman yang benar kepada orang tua. Misalnya tentang mengapa kita sebagai seorang muslimah harus berpakaian syar'i, dan mengapa seorang muslimah juga  dilarang bertabaruj saat hendak keluar rumah.

  • Memahami keadaan orang tuanya.

Tujuan utama kita adalah untuk memahamkan orang tua, maka dari itu perihal pertama yang harus kita perhatikan adalah memahami keadaan mereka. Sehingga dakwah yang kita sampaikan dapat sesuai dengan setiap situasi dan kondisi yang ada. Mengajarkan hal yang baru tentang islam kepada orang tua harus dengan cara yang lembut dan baik.

  • Jaga terus komunikasi dengan orang tua.

Hal ini sangat penting. Karena sebagai anak tentunya banyak hal atau urusan yang kita tidak bisa terlepas dari orang tua, bahkan saat kita hidup terpisah jauh disebrang sana dan merasa bahwa kita "bisa sendiri" tetapi pada hakekatnya kita tetap akan kembali dan mencari orang tua kita. Maka sering-seringlah berkomunikasi yang baik dengan orang tua meskipun hanya sekedar mengutarakan keinginan.

  • Doakan orang tua.

Perlu kita perhatikan. Ketika kita mulai jenuh dan merasa bahwa kita sudah berupaya sekuat tenaga. Menggunakan berbagai macam cara dan metode yang alternatif dalam menyampaikan dakwah kepada orang tua yang bertujuan agar mereka lebih memahami apa yang terkandung dalam islam, namun pada akhirnya hasil yang kita dapatkan masih terasa nihil. Orang tua sangat keras hatinya. Maka, satu-satunya cara yang paling ampuh adalah dengan do'a, doakan orang tua agar Allah senantiasa memberi mereka hidayah, dilembutkan hatinya agar tergerak untuk mengikuti syari'at islam yang benar, diterangkan mata batinnya untuk menerima setiap kebenaran. Kita sebagai anak memiliki kewajiban untuk selalu mendoakan orang tua agar Allah senantiasa memberi mereka hidayah-Nya dan perlindunga-Nya semasa hidup, dan mendakwahi mereka ke jalan yang benar dengan sekuat tenaga sehingga orang tua kita mengenal akidah islam yang benar dan bertauhid dengan benar serta dapat melaksanakan perintah Allah, dan meninggalkan larangan-Nya.

Adapun hikmah bagi setiap yang didakwahi, yaitu para orang tua, hendaknya mereka memahami kenyataan bahwa mereka membutuhkan penerangan ilmu, sehingga seorang anak yang penuh dengan hikmah dapat diterima dengan lapang dada. Janganlah menampakkan keagungan, ketinggian dan martabat dihadapan anak yang menyampaikan ilmu kepadanya dengan penuh kesungguhan, kelembutan dan keteduhanya dalam menyampaikan ilmu.

Karena pernyatan diatas ini kita tau bahwa seorang anak yang berilmu memiliki kewajiban dan peran penting dalam menjaga keluarganya dari api neraka, dengan cara menasihati, mendakwahi dan menuntun mereka kejalan yang lurus dengan cara dan tutur kata yang lemah lembut, baik. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:


"Wahai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Qur'an Surah. At-Tahrim: 6)

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu Wata'ala memerintahkan orang-orang yang beriman agar menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka dengan cara menta'ati dan patuh dalam melaksanakan perintah dari-Nya. Penjagaan diri yang sesungguhnya tidak akan sempurna sebelum dua perkara yaitu iman dan amal shaleh tertanam kokoh pada diri seseorang tentunya setelah berupaya menjauhi perbuatan syirik dan maksiat.

Al-Qusyairi Rahimahullah menyebutkan dari Umar radiyallahu 'anhu berkata tatkala turun ayat dalam suat At Tahrim di atas: "Wahai Rasulullah, kami menjaga diri kami, maka bagaimanakah cara kami untuk menjaga keluarga kami?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam menjawab: "Kalian larang mereka dari apa-apa yang Allah larang pada kalian untuk melakukanya dan perintahkan mereka dengan apa yang Allah perintahkan."

Bukankah salah satu hal terindah di dunia ini ketika kita dapat berjalan dengan orang tua kita di satu jalan yang sama, menjalani ketaatan bersama sesuai apa yang Allah dan Rasulullah syari'atkan? Semoga kita semua selalu diberi kesiapan dan kemudahan dalam menyampaikan dakwah yang haq ini kepada orang tua kita. Aamin

Wallahu A'lam. 

 

References

Majalah As-sunnah, edisi 5, tahun IX, 1426 H/2005 M

Majalah Muslimah, edisi XVII/Muharram/1418 H/1997 M

https://salamfirst.wordpress.com/2013/12/13/urgensi-berdakwah-kepada-orang-tua/ Diakses pada 13 Desember 2013

https://alghoyami.wordpress.com/2011/04/22/dilema-dakwah-dalam-rumah-tangga/amp/#aoh=16156993019637&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s Diakses 10 tahun yang lalu

Totoharjo, 12 Maret 2021

Oleh: Syifa Humairah*

*Mahasiswi Semester 4 Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STIBA Ar Raayah Sukabumi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun