Sikap gemar membantu orang tua akan membuahkan dampak positif yang sangat luar biasa, jika hal ini rajin dilaksanakan lambat laun akan terbangun jembatan yang akan mengantar kita untuk masuk ke dalam hati orang tua, sehingga dakwah yang akan kita sampaikan lebih mudah untuk mereka terima.
- Jujur dalam bertutur kata.
Sifat jujur merupakan salah satu karakter mulia yang amat dianjurkan dalam islam. Allah Ta'ala berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar."Â (Qur'an Surah. Al-Ahzab: 70)
Kejujuran bertutur kata dalam kehidupan sehari-hari dapat membuahkan kepercayaan orang tua terhadap apa yang kita sampaikan, bukan hanya dalam perkara duniawi, namun juga dalam perkara agama, dsb.
- Tidak tergesa-gesa dalam mengharap hasil dakwahnya dan tetap bersabar.
Bersabar sangatlah dibutuhkan dalam berdakwah, entah itu dakwah kepada orang tua maupun masyarakat umum. Dimana-nama dakwah itu butuh proses, tidak ada yang instan. Sedikit demi sedikit, berikanlah pemahaman yang benar kepada orang tua. Misalnya tentang mengapa kita sebagai seorang muslimah harus berpakaian syar'i, dan mengapa seorang muslimah juga  dilarang bertabaruj saat hendak keluar rumah.
- Memahami keadaan orang tuanya.
Tujuan utama kita adalah untuk memahamkan orang tua, maka dari itu perihal pertama yang harus kita perhatikan adalah memahami keadaan mereka. Sehingga dakwah yang kita sampaikan dapat sesuai dengan setiap situasi dan kondisi yang ada. Mengajarkan hal yang baru tentang islam kepada orang tua harus dengan cara yang lembut dan baik.
- Jaga terus komunikasi dengan orang tua.
Hal ini sangat penting. Karena sebagai anak tentunya banyak hal atau urusan yang kita tidak bisa terlepas dari orang tua, bahkan saat kita hidup terpisah jauh disebrang sana dan merasa bahwa kita "bisa sendiri" tetapi pada hakekatnya kita tetap akan kembali dan mencari orang tua kita. Maka sering-seringlah berkomunikasi yang baik dengan orang tua meskipun hanya sekedar mengutarakan keinginan.
- Doakan orang tua.
Perlu kita perhatikan. Ketika kita mulai jenuh dan merasa bahwa kita sudah berupaya sekuat tenaga. Menggunakan berbagai macam cara dan metode yang alternatif dalam menyampaikan dakwah kepada orang tua yang bertujuan agar mereka lebih memahami apa yang terkandung dalam islam, namun pada akhirnya hasil yang kita dapatkan masih terasa nihil. Orang tua sangat keras hatinya. Maka, satu-satunya cara yang paling ampuh adalah dengan do'a, doakan orang tua agar Allah senantiasa memberi mereka hidayah, dilembutkan hatinya agar tergerak untuk mengikuti syari'at islam yang benar, diterangkan mata batinnya untuk menerima setiap kebenaran. Kita sebagai anak memiliki kewajiban untuk selalu mendoakan orang tua agar Allah senantiasa memberi mereka hidayah-Nya dan perlindunga-Nya semasa hidup, dan mendakwahi mereka ke jalan yang benar dengan sekuat tenaga sehingga orang tua kita mengenal akidah islam yang benar dan bertauhid dengan benar serta dapat melaksanakan perintah Allah, dan meninggalkan larangan-Nya.
Adapun hikmah bagi setiap yang didakwahi, yaitu para orang tua, hendaknya mereka memahami kenyataan bahwa mereka membutuhkan penerangan ilmu, sehingga seorang anak yang penuh dengan hikmah dapat diterima dengan lapang dada. Janganlah menampakkan keagungan, ketinggian dan martabat dihadapan anak yang menyampaikan ilmu kepadanya dengan penuh kesungguhan, kelembutan dan keteduhanya dalam menyampaikan ilmu.
Karena pernyatan diatas ini kita tau bahwa seorang anak yang berilmu memiliki kewajiban dan peran penting dalam menjaga keluarganya dari api neraka, dengan cara menasihati, mendakwahi dan menuntun mereka kejalan yang lurus dengan cara dan tutur kata yang lemah lembut, baik. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."Â (Qur'an Surah. At-Tahrim: 6)