Mohon tunggu...
May Fiatus Sholihah
May Fiatus Sholihah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Departemen Biologi ITS Surabaya

Mahasiswa Departemen Biologi ITS Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pengembangan Potensi Ekowisata Bahari Pesisir Sedati Sidoarjo Berbasis Konservasi

31 Mei 2020   00:36 Diperbarui: 31 Mei 2020   00:53 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Tambak Garam Desa Segoro Tambak (Dok. Pribadi, 2020).

Pesisir Sedati sebagai salah satu wilayah potensi ekowisata bahari yang menarik di Kabupaten Sidoarjo patut untuk dikembangkan guna menarik minat masyarakat di luar Sidoarjo dan surabaya untuk mengunjunginya.

Tingginya ekspektasi wisatawan untuk dapat menikmati ekowisata bahari yang diberikan oleh Pesisir Sedati harus didukung dengan support pemerintah yang lebih besar untuk menawarkan sebuah grand design dan kebijakan yang tepat dan berkelanjutan demi terjaganya keindahan dan kelestarian ekowisata alam Pesisir Sedati.

Berangkat dari kelemahan dan kekuatan yang ada, pihak pemerintah lokal dan masyarakat selayaknya dapat mengembangkan kawasan ini untuk dapat mengambil peluang dan mengantisipasi ancaman yang mungkin muncul. Peluang wilayah Ekowisata sebagai pilihan wisata yang menarik dapat dilihat dari besarnya animo masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya untuk menikmati pilihan wisata yang berbeda dari biasanya, baik untuk kebutuhan pemancingan, outbond hingga edukasi. 

Selanjutnya wilayah Kanupaten Sidoarjo yang populer dengan icon kota bandeng dan udang seharusnya dapat menjadikan Pesisir Sedati sebagai peluang wisata bagi siswa maupun mahasiswa, karena jenis wisata ini sangat digemari oleh kaum anak-anak hingga dewasa. 

Meski begitu, ancaman yang ada pun juga harus dapat diantisipasi dengan baik oleh pemerintah lokal dan masyarakat, karena dengan semakin berkembangnya wilayah ini sebagai wilayah ekowisata bahari akan menimbulkan kerusakan alam yang serius jika tidak ditangani dan diawasi dengan ketat (Satria, 2009).

Dengan melihat segala potensi yang ada di Kabupaten Sidoarjo, terutama kondisi di kawasan Pesisir Sedati, ada beberapa hal yang mesti dilakukan  untuk pengembangan ekowisata di kawasan Pesisir Sedati yaitu mendorong partisipasi unit aktivitas mahasiswa Pencinta Alam untuk melakukkan program konservasi secara berkala.

Peningkatan upaya konservasi di kawasan Pesisir Sedati selain dapat dilakukkan oleh pemerintah lokal juga dapat dikoordinasikan dengan unit-unit aktivitas mahasiswa Pecinta Alam dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Timur. Hal ini dapat dilakukkan dengan terus melakukkan aktivitas-aktivitas yang ramah dengan lingkungan, seperti menjaga cagar alam dan kebersihan serta melakukkan pengawasan atau pemanduan terhadap wisatawan-wisatawan yang datang (Satria, 2009).

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo harus berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan. Kian maraknya penjarahan hutan mangrove secara illegal menjadi penyebab kawasan pantai terancam abrasi dan mengakibatkan populasi ikan tangkapan nelayan merosot (Widianto, 2010). Untuk itu, sesuai dengan UU 27/2007 dan peraturan bupati yang dituangkan dalam Perda 9/2011 tentang aturan tegas konservasi dan perlindungan kawasan hutan mangrove, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mengemban amanah yang tidak ringan dalam menjaga lingkungan.  Menyikapi keadaan tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mengambil langkah preventif agar ekosistem hutan mangrove yang ada di wilayah Sidoarjo  termasuk Pesisir Sedati tidak mengalami penurunan dan tetap terjaga dengan baik serta memiliki nilai guna bagi masyarakat dengan mengembangkannya menjadi kawasan ekowisata. Upaya dan komitmen Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam pengembangan ekowisata di Kabupaten Sidoarjo mengacu pada teori komitmen Allan & Meyer (1990) yang terdiri atas 3 indikator komitmen yaitu affective commitment, normative commitment, dan continuance commitment. Keyakinan atas nilai-nilai yang tertuang pada pengembangan ekowisata berkaitan dengan nilai-nilai alami mengenai isu-isu konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal, khususnya masyarakat pesisir. Nilai-nilai alami tersebut terwujud dalam bentuk berbagai upaya yang dilakukan untuk melestarikan dan mengembangkan hutan mangrove menjadi kawasan ekowisata yang menarik dan memberikan manfaat bagi masyarakat pesisir dengan prinsip pengembangan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.  Salah satu bentuk keyakinan atas nilai-nilai alami dalam pengembangan ekowisata telah dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) kabupaten Sidoarjo dengan pembuatan lahan konservasi kawasan pesisir. Lahan konservasi pesisir tersebut sebagai upaya untuk menjaga kelestarian mangrove dan mencegah semakin rusaknya kawasan hutan mangrove serta mensukseskan program pengembangan ekowisata hutan mangrove dan pesisir  di Sidoarjo. Usaha ini sekaligus menindak lanjuti adanya UU No 7/2009 dan pembuatan sabuk hijau (green belt) yang memisahkan antara laut dan daratan sepanjang 300 meter sampai 400 meter (Abidin, 2012).  Lahan konservasi mangrove dapat dimanfaatkan masyarakat nelayan di sekitar lokasi dan diharapkan menjadi lebih prospektif sebagai sumber mata pencaharian alternatif selain mencari ikan di laut. 

Selain itu pengembangan ekowisata dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan melalui kegiatan patroli yang melibatkan masyarakat pesisir. Kegiatan tersebut diprakarsai Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Sidoarjo dalam mensukseskan program pengembangan ekowisata bahari dan hutan mangrove. Upaya patroli dengan masyarakat ini sebagai langkah antisipasi adanya penebangan liar yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab (Rodiyah & Agustina, 2018). Masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam menjaga mangrove dan pesisir dari perusakan orang tak bertanggung jawab. Patroli pesisir yang dilakukan bersama tim terpadu juga untuk mengetahui sejauh mana perkembangan wilayah perairan di Sidoarjo. Kawasan hutan dengan tanaman mangrove yang tumbuh subur di Sidoarjo pernah dijarah pihak yang tak dikenal atau terjadi pembalakan liar. Terdapat keterikatan dan kerjasama secara emosional dengan masyarakat pesisir untuk mensukseskan perencanaan yang telah ditetapkan. Upaya menjaga (maintenance) keberlanjutan pengembangan ekowisata yang telah dilakukan tentu lebih sulit dibandingkan dengan kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Salah satu tantangan konsistensi pemerintah mengembangkan ekowisata ternyata berada di tangan pemerintah sendiri. Jika ekowisata dikemas dengan sedemikian rupa, ekowisata pesisir Sedati bisa menjadi wisata baru Sidoarjo baik bagi wisatawan dalam maupun luar negeri (Rouf, 2016). 

Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sidoarjo dalam mempromosikan potensi wisata harus mengedepankan "performance tourism to Sidoarjo" serta melibatkan swasta dan memberdayakan masyarakat pesisir di sekitar lokasi ekowisata. Keterlibatan dan dukungan semua pihak diyakini mampu memperkuat BPPD Sidoarjo dalam mengembangkan industri pariwisata secara efektif (Metronews, 2017).

Gambar Dermaga Gisik Cemandi Kecamatan Sedati
Gambar Dermaga Gisik Cemandi Kecamatan Sedati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun