Â
      Beberapa ulama berpendapat bahwa gagasan insan kamil al-jilli merupakan gagasan lanjutan dari gagasan Ibnu Arabi. Menurut Ibn Arabi manusia sempurna adalah alam selurruhnya. Karena Allah ingin melihat substansi-Nya dalam alam seluruhnya, yang meliputi seluruh hal yang ada.[1]  Menurut Abdul Karim al-jilli gagasannya mengenai insan kamil menurut al-jilli insan kamil adalah Muhammad, karena memiliqi sifat-sifat yang al-haq, dan al-khalik. Serta Abul karim al jilli merefleksikan insan kamil menjadi dua dimensi kanan dan kiri. Bagian kanan merupakan aspek lahir seperti melihat, mendengar, dan berkehendak. Sedangkan dimensi bagian kiri merupakan batin dan mutlak, seperti azali, baqa, awal dan akhir. Â
Â
      Abdul karim al-jilli menerbitkan sebuah kitab yang popular yakni, al-Insan al-Kamil fi Ma'rifat al-Awakhir wa al-Awa'il. Kitab ini terdiri dari 41 bab pada jilid pertama dan memiliki 22 bab pada jilid kedua. Kitab ini merupakan kitab unggulan al-Jili yang diluncurkan oleh beberapa penerbit, seperti Dar Al-Fikr (Beirut), Maktabah Shabih (Kairo) dan Dar al-Kutub al-Mishriyah (Kairo).
Â
Ciri -- ciri dari insan kmail menurut islam ;
Â
- Manusia yang memiliki jasmani sehat, kuat dan terampil
- Umat manusia yang cerdas dan pandai
- Manusia yang memiliki rohani dengan kualitas tinggi
Â
Adapun syarat-syarat menjadi insan kamil ada beberapa maqam (tingkatan) yang harus dilalui seorang sufi yaitu, sebagai berikut:
Â
- Islam, pemahaman kaum sufi didasarkan atas pokok islam atau  rukun dalam pemahaman sufi yang harus dipelajari dan didalami serta dipahami.
- Iman, yaitu membenarkan dengan penuh keyakinan tentan rukun iman, serta melaksanakan dasar-dasar Islam. Iman dapat menunjukan seberapa jauh hati kita ingin mengetahui sesuatu yang jauh dari akal.
- As-shalat, pada maqam ini seorang sufi mencapai tingkat meyaksikan atsar (efek) dari nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam ibadahnya ia merasa seakan berada dihadapan Tuhan.hal ini bisa dicapai oleh seorang sufi dengan menananmkan sifat istiqomah.
- Ihsan, sikap istiqomah (teguh pendirian), tobat, zuhud (orang yang mencintai akherat), inabah (pemulihan diri dari hal yang menyesatkan), tafwidh (pasrah secara total), tawakal (berserah diri), ikhlas (tulus atau bersih) dan ridho (rela). Hal tersebut merupakan jalan yang harus ditempuh oleh sufi.
- Syahadah, pada maqam ini seorang sufi telah mencapai iradah atau (berkehendak) yang memiliki ciri-ciri; mahabah (kecenderungan hati terhadap Tuhan) kepada Tuhan tanpa pamrih, selalu mengingat Tuhan secara terus-menerus dan berkelanjutan sampai akhir hayat, dan apabila memiliki kemauan pribadi ditinggalkan, Maqam ini terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu; mencapai kepada Tuhan tanpa pamrih hal ini adalah tingkatan yang paling rendah dan dapat menyaksikan Tuhan pada semua mahluk ciptaanNya secara ainul yaqin (seseutu yang keberadaannya dengan jelas), ini tingkatan yang paling tinggi.
- Shiddiqiyah (kebenaran), tingkat shiddiqiyah merupakan pencapaian hakikat yang marifat yang telah diperoleh secara bertahap dari ilmu al-yaqin (sesuatu yang adanya disertai bukti atau pemilik akal), amal-yaqin (pemilik ilmu), dan haqq al-yaqin (pengetahuan dan pengenalan terhadap allah). Ketiga tingkat marifat itu dialami oleh para sufi secara bertahap.
- Qurbah, Qurbah Ini merupakan maqam yang memungkinkan kaum sufi dapat menampakkan diri dalam sifat dan nama Tuhan
Â