Mohon tunggu...
May Dela Utami Izzatussholihah
May Dela Utami Izzatussholihah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Fakultas Ilmu Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Abdul Karim Al-jilli

29 Maret 2022   13:44 Diperbarui: 29 Maret 2022   14:00 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abdul Karim al Jilli

  • Biografi Abdul Karim al-jilli

Gambar 1 : Potret Ilustrasi Abdul Karim al-jilli ( sumber: www.islami.co )

Abdul karim al-jili merupakan seorang Sufi besar yang lahir di Baghdad tahun 767 H, atau 1365 M, bulan Muharram dan wafat pada tahun 1417 M,.yang memiliki nama lengkap Abdul Karim bin Ibrahim. Nama al-jill dianggap sebagai nama tempat kelahiran dari Abdul karim al-jill yakni pada suatu distrik yang bernama Jil, yaitu sebuah distrik yang berada di Bagdad. Abdul karim al-jili merupakan seorang sufi ternama nan mashyur di Baghdad. Abdul Karim al-jilli mengaku bahwa beliau merupakan keturunan dari cucu perempuan Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Gambar 2 ; potret Kota Baghdad ( sumber: www.britannica.com )
Gambar 2 ; potret Kota Baghdad ( sumber: www.britannica.com )

          Abdul Karim al-jilli merupakan seorang sufi dengan gelar tinggi dalam maqam sufi yaitu Quthb al-Din. Al-jill dalam proses pemikiranya mendapat pengaruh besasr dari kehidupan sosio kulturnya yakni budaya yaman yang begitu melekat dalam kehidupannya. Abdul karim al-jilli merupakan sosok yang berpengaruh sekitar abad ke-17 hingga pertengahn abad ke-19, melalui gagasan serta ajaran ilmu yang diungkapkan oleh al-jilli yakni "manusia sempurna" (al-Insan al-Kamil).

        Didalam "insan kamil" ketika Tuhan bukanlah hanya sebuah layar dan bayangan saja bagi makhluk-Nya, dan dimana ketika semua makhluk tidak tertutup lagi oleh sebuah dinding terbatas kepada sang Khalik. Sehingga dalam insan kamil menjadi seimbang dua arah dunia dan akhirat, sehingga umat dibaratkan hanya berjarak dua busur atau bisa lebih dekat lagi. Dalam Q.S An Najm ; 9.

 

                                                                                                                                                                                                                                   

Artinya " Sehingga jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi)."

 

  • Ajaran -- ajaran Tasawuf Abdul Karim al-jilli

 

            Beberapa ulama berpendapat bahwa gagasan insan kamil al-jilli merupakan gagasan lanjutan dari gagasan Ibnu Arabi. Menurut Ibn Arabi manusia sempurna adalah alam selurruhnya. Karena Allah ingin melihat substansi-Nya dalam alam seluruhnya, yang meliputi seluruh hal yang ada.[1]  Menurut Abdul Karim al-jilli gagasannya mengenai insan kamil menurut al-jilli insan kamil adalah Muhammad, karena memiliqi sifat-sifat yang al-haq, dan al-khalik. Serta Abul karim al jilli merefleksikan insan kamil menjadi dua dimensi kanan dan kiri. Bagian kanan merupakan aspek lahir seperti melihat, mendengar, dan berkehendak. Sedangkan dimensi bagian kiri merupakan batin dan mutlak, seperti azali, baqa, awal dan akhir.  

 

            Abdul karim al-jilli menerbitkan sebuah kitab yang popular yakni, al-Insan al-Kamil fi Ma'rifat al-Awakhir wa al-Awa'il. Kitab ini terdiri dari 41 bab pada jilid pertama dan memiliki 22 bab pada jilid kedua. Kitab ini merupakan kitab unggulan al-Jili yang diluncurkan oleh beberapa penerbit, seperti Dar Al-Fikr (Beirut), Maktabah Shabih (Kairo) dan Dar al-Kutub al-Mishriyah (Kairo).

 

Ciri -- ciri dari insan kmail menurut islam ;

 

  • Manusia yang memiliki jasmani sehat, kuat dan terampil
  • Umat manusia yang cerdas dan pandai
  • Manusia yang memiliki rohani dengan kualitas tinggi

 

Adapun syarat-syarat menjadi insan kamil ada beberapa maqam (tingkatan) yang harus dilalui seorang sufi yaitu, sebagai berikut:

 

  • Islam, pemahaman kaum sufi didasarkan atas pokok islam atau  rukun dalam pemahaman sufi yang harus dipelajari dan didalami serta dipahami.
  • Iman, yaitu membenarkan dengan penuh keyakinan tentan rukun iman, serta melaksanakan dasar-dasar Islam. Iman dapat menunjukan seberapa jauh hati kita ingin mengetahui sesuatu yang jauh dari akal.
  • As-shalat, pada maqam ini seorang sufi mencapai tingkat meyaksikan atsar (efek) dari nama dan sifat Tuhan, sehingga dalam ibadahnya ia merasa seakan berada dihadapan Tuhan.hal ini bisa dicapai oleh seorang sufi dengan menananmkan sifat istiqomah.
  • Ihsan, sikap istiqomah (teguh pendirian), tobat, zuhud (orang yang mencintai akherat), inabah (pemulihan diri dari hal yang menyesatkan), tafwidh (pasrah secara total), tawakal (berserah diri), ikhlas (tulus atau bersih) dan ridho (rela). Hal tersebut merupakan jalan yang harus ditempuh oleh sufi.
  • Syahadah, pada maqam ini seorang sufi telah mencapai iradah atau (berkehendak) yang memiliki ciri-ciri; mahabah (kecenderungan hati terhadap Tuhan) kepada Tuhan tanpa pamrih, selalu mengingat Tuhan secara terus-menerus dan berkelanjutan sampai akhir hayat, dan apabila memiliki kemauan pribadi ditinggalkan, Maqam ini terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu; mencapai kepada Tuhan tanpa pamrih hal ini adalah tingkatan yang paling rendah dan dapat menyaksikan Tuhan pada semua mahluk ciptaanNya secara ainul yaqin (seseutu yang keberadaannya dengan jelas), ini tingkatan yang paling tinggi.
  • Shiddiqiyah (kebenaran), tingkat shiddiqiyah merupakan pencapaian hakikat yang marifat yang telah diperoleh secara bertahap dari ilmu al-yaqin (sesuatu yang adanya disertai bukti atau pemilik akal), amal-yaqin (pemilik ilmu), dan haqq al-yaqin (pengetahuan dan pengenalan terhadap allah). Ketiga tingkat marifat itu dialami oleh para sufi secara bertahap.
  • Qurbah, Qurbah Ini merupakan maqam yang memungkinkan kaum sufi dapat menampakkan diri dalam sifat dan nama Tuhan

 

      Semua hal tersebut haruslah dilakukan dengan seimbang, seimbang antara jasmani dan rohani, jika manusia memiliki fisik yang kuat, akal pikiran manusia juga harus dimanfaatkan sesuai dengan ilmu yang diperolehnya. Ijtihad itu memanfaatkan seluruh ilmunya untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang belum ditegaskan dalam al-Quran dan Sunnah.

       Adanya keseimbangan antar makhluk social dengan individu,  Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasang, dan saling berhubungan antara satu sama lain dan hidup secara bersamaan, dengan keberagamaan, keuinikan, perbedaan dan karakteristik masing-masing manusia supaya manusia mampu memahami manusia satu dengan lainnya dalam hidup berdampingan. Adanya keseimbangan antara pencarian dunia dan akhirat tujuan umat manusia diturunkan untuk mencari ilmu dan bekal untuk di akhirat namun tidak pula manusia melupakan dunianya manusia memiliki tujuan dan tanggung jawab didunia yang harus dikerjakan. pentingnya atas keseimbangan menjalani hidup untuk di dunia maupun di akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun