pernahkah kamu mendengar tentang kisah makhluk besar dan sang kurcaci?
jika kamu adalah kurcaci itu maka kamu tidak akan pernah tahu seberapa besar makhluk itu. kurcaci hanya tahu jika dia tinggal di sana bersama para kurcaci yang lain, entah sudah berapa lama.
para kurcaci bernyanyi untuk menari dan bersenang-senang, is iomai sli sin do bhios ag daoine, ag cruinniu piosai is ag deanamh stoir.....ada banyak cara bertemu orang, dan melakukan pertemuan dengan mereka...
mereka juga menyenandungkan lagu kematian tatkala salah satu dari mereka pergi ke alam keabadian.
kelamlah bintang dan kelamlah rembulan
pergilah sang malam dan fajar meredup
katakanlah ke kuda dan pukullah genderangmu.
tiadalah tuannya tiadalah sang surya
kelamlah samudera kelamlah langit
pergilah sang paus dan samuderapun menggemuruh
katakanlah ke rawa payau dan pukullah genderangmu
kegelapan ke cahaya dan cahaya ke kegelapan
tiga gerbong hitam. tiga gerobak putih
yang menyatukan kita, yang meruntuhkan kita
tiadalah saudara kami, tiadalah hati kami.
kehidupan itu hebat, bukan? terlepas dari segala drama, suka dan duka, berikut tragedi-tragedinya. apa yang bisa kita lakukan selain menjadi seorang manusia?
manusia dengan sebuah jantung di dada kirinya, yang terus berdetak. apa yang harusnya kita lakukan pada jantung itu? menikamnya atau mensyukuri keberadaannya?
seseorang berkata, aku ingin hidup karena aku masih hidup. seperti para kurcaci itu, dia setia pada kehidupan sampai tiba waktunya pergi.
sekarang ini, terlalu banyak orang yang sedemikian peduli pada detak jantungnya sendiri, lupa menjadi seorang manusia. seperti para kurcaci yang menyadari kehidupan sejati mereka dan makhluk besar tempatnya bernaung, satu dan lainnya adalah kesatuan. bertahan karena detak jantung kepedulian.
entah siapa orangnya yang pernah berkata, sebuah eksinstensi memiliki polanya sendiri, baik dan buruk ia ada, seperti letikan api, yang mungkin saja kecil pada awalnya lalu berkobar dan membara, membakar seluruh belantara.
mungkin aku tidak tahu kamu, demikian juga dirimu, kita semua memiliki pilihan, sebagai manusia.
yang aku tahu, sesuatu yang disebut 'kekuatan yang tidak terlihat' sedang bekerja untuk kita semua. apa yang kau pancarkan, apapun itu, memantul ke dalam cermin, kembali padamu, menjadi cahaya atau kegelapan.
aku suka cahaya, warna-warni semesta ini, tidak pernah berkeinginan mengacaukan keindahannya.
gelap bagiku adalah warna penegasan, pertanda bagi jiwa untuk mempersilahkan keheningan menjalankan tugasnya. inilah harmoni. seperti para kurcaci menjalani kehidupan mereka, mereka menerima, melawan dan bertahan dengan cara yang paling elegan.
-------
from my heart: you are who forced to be in the darkness that seemed without end, there is always a light for all. please know, you're not alone.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H