kegelapan ke cahaya dan cahaya ke kegelapan
tiga gerbong hitam. tiga gerobak putih
yang menyatukan kita, yang meruntuhkan kita
tiadalah saudara kami, tiadalah hati kami.
kehidupan itu hebat, bukan? terlepas dari segala drama, suka dan duka, berikut tragedi-tragedinya. apa yang bisa kita lakukan selain menjadi seorang manusia?
manusia dengan sebuah jantung di dada kirinya, yang terus berdetak. apa yang harusnya kita lakukan pada jantung itu? menikamnya atau mensyukuri keberadaannya?
seseorang berkata, aku ingin hidup karena aku masih hidup. seperti para kurcaci itu, dia setia pada kehidupan sampai tiba waktunya pergi.
sekarang ini, terlalu banyak orang yang sedemikian peduli pada detak jantungnya sendiri, lupa menjadi seorang manusia. seperti para kurcaci yang menyadari kehidupan sejati mereka dan makhluk besar tempatnya bernaung, satu dan lainnya adalah kesatuan. bertahan karena detak jantung kepedulian.
entah siapa orangnya yang pernah berkata, sebuah eksinstensi memiliki polanya sendiri, baik dan buruk ia ada, seperti letikan api, yang mungkin saja kecil pada awalnya lalu berkobar dan membara, membakar seluruh belantara.
mungkin aku tidak tahu kamu, demikian juga dirimu, kita semua memiliki pilihan, sebagai manusia.
yang aku tahu, sesuatu yang disebut 'kekuatan yang tidak terlihat' sedang bekerja untuk kita semua. apa yang kau pancarkan, apapun itu, memantul ke dalam cermin, kembali padamu, menjadi cahaya atau kegelapan.