Pudarnya Pesona Cleopatra hadir sebagai novel mini dari penulis legendaris Ayat Ayat Cinta yaitu Habiburrahman El Shirazy. Buku ini mengangkat dua cerita dengan tema yang sama seperti kisah cinta dan pengabdian terhadap orang tua berjudul Pudarnya Pesona Cleopatra dan Setetes Embun Cinta Niyala. Di dalam buku 110 halaman ini, penulis sering kali menyiratkan temanya tentang bagaimana sang tokoh mengalami pergulatan batin tentang caranya menunjukkan bakti terhadap orang tua melalui sebuah kisah cinta yang rumit bersama pasangannya. Hal ini bisa dibuktikan melalui kutipan di halaman pertama buku ini  :
"Beliau memaksaku untuk menikah dengan gadis itu. Gadis yang sama sekali tak kukenal. Sedihnya, aku tiada berdaya sama sekali untuk melawannya. Aku tak punya kekuatan apa-apa untuk memberontaknya. Sebab setelah ayah tiada, bagiku ibu adalah segalanya."
Dari kutipan di atas bisa disimpulkan bahwa sang tokoh mengalami pergulatan batin ketika dipaksa ibunya untuk menikah dengan gadis yang tidak ia kenali sebelumnya. Dia yang awalnya tidak ingin menerimanya akhirnya pasrah hanya karena ingin mematuhi perintah dan memenuhi keinginan ibunya, karena baginya ibunya adalah segalanya. Sedangkan di cerita kedua dapat dilihat dari kutipan surat yang dikirim oleh ayah dari sang tokoh :
"...Beberapa hari yang lalu beliau datang menemui ayah dan melamarmu untuk diminta menjadi isteri anak bungsunya, Roger...Berhadapan dengan Haji Cosmas ayah tiada berdaya apa-apa kecuali mengangguk iya. Sebab terlalu banyak ayah berhutang budi padanya."(hal. 52)
"Bisakah ia menolak isi surat itu? Mampukah ia melihat ayahnya hidup tanpa kemerdekaan?...Tidak! Tidak mungkin aku mau berlaku durhaka!" (hal. 54)
Dua kutipan di atas juga membuktikan kisah yang sama antara dua cerita dalam buku ini. Mereka sama-sama tidak ingin menjalani kisah cinta dengan orang pilihan orang tua masing-masing, namun mereka dihadapkan dengan sebutan "durhaka".
Alur di kedua cerita dalam buku ini sama-sama termasuk alur maju, karena penulis menguraikan kejadian dan konflik dalam kisah ini secara kronologis berdasarkan urutan waktu. Hanya saja terdapat kilas balik di cerita kedua dalam penggalan surat Ayah kepada Niyala. Hal ini bisa dibuktikan melalui penggalan-penggalan berikut ini:
"Di hari-hari menjelang akad nikah...."( hal. 4)
"Hari pernikahan itu datang..."(hal. 4)
"Tepat dua bulan setelah..."(hal. 5)
"Memasuki bulan keempat..."(hal. 6)