Hening. Kamu menghela napas dalam. Menghirup aroma hujan yang membasahi air laut. Bukankah laut sudah basah? Kenapa Tuhan menyiraminya kembali? Ah, Begitu banyak yang tidak aku pahami.
Kamu tetap diam.
Aku mendekat, hendak memeluk.
"Jangan dekat!" kamu membentakku lagi.
Tangisku pecah. Benar-benar merasa paling malang di dunia ini. Siapa yang meminta untuk jatuh cinta padamu? Darimana datangnya rasa sayang di hatiku ini? Kalau boleh memilih, tentu saja aku menginginkan laki-laki yang romantis dan lemah lembut. Dan yang lebih penting, laki-laki yang hatinya belum terisi wanita lain. Gila saja! Mana ada wanita baik-baik yang menginginkan tunangan orang!
Kamu membelai rambutku. "Sabar ya, nduk... maaf aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu... kamu mengerti kan?"
Aku menggeleng. "Apa susahnya?" ku ulangi pertanyaanku.
"kamu mau tidur sepanjang malam dengan berbantal lenganku?" tanyamu sambil terus membelaiku.
"Iya, kak. Aku tidak akan meminta lebih dari itu." aku memohon sambil memegang pipimu yang hangat.
"Tidak mungkin bisa, nduk... entah dari kamu atau aku... mana mungkin... kita..." kamu terbata-bata, lalu diam sejenak. Aku menatap penasaran. Kamu menghela napas dalam, "mana mungkin dalam satu malam, kamu bisa tidur di lenganku? Apakah tidak akan muncul hasrat lain... kalaupun kamu mampu, aku ini laki-laki normal... mana mungkin aku bisa diam saja menjadi bantal tak bernyawa untukmu?"
                                              ***