Mohon tunggu...
Mayang Noviani
Mayang Noviani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Akuntansi Syariah UIN Raden Intan Lampung

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dampak Covid-19 terhadap Pasar Modal serta Pengaruhnya terhadap IHSG

14 Mei 2020   09:06 Diperbarui: 14 Mei 2020   09:16 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Oleh : Mayang Noviani/1851030074/Akuntansi Syariah/E.

Dosen : Dr. Muhammad Iqbal Fasa, M.E.I

Pada akhir Desember 2019, dunia dikejutkan dengan munculnya virus baru yang menggemparkan dunia. Coronavirus atau Covid-19 adalah virus baru yang berasal dari Wuhan, Tiongkok yang menyebabkan jutaan manusia terinfeksi hingga meninggal dunia. Tak hanya menyerang manusia, perekonomian dunia pun juga terkena dampaknya tidak terkecuali Indonesia.

Salah satu yang terkena dampaknya adalah dunia pasar modal. Hal ini disebabkan karena kekhawatiran akan penyebaran COVID-19 menekan sentimen investor. 

Seperti yang dikatakan ketua dewan komisaris OJK, pelemahan tersebut disebabkan kekhawatiran investor terhadap wabah COVID-19 di Indonesia sehingga melakukan panic sell. 

Mereka khawatir virus ini akan berdampak pada kinerja emiten di Indonesia. Melihat penyebaran virus yang terus menyebar dan tak kunjung reda, para investor lebih memilih melepas investasi portofolionya. Setiap negara berupaya untuk mengataasi imbas dari virus ini dengan cara membuat stimulus untuk menangkal dampak yang ditimbulkan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,97% month to date atau 6,62%  year to date dari awal Februari hingga tanggal 21 Februari 2020 menjadi 5.882,3. 

Pada akhir perdagangan (28/2/2020), IHSG terjun bebas ke level 5.452,7. Tidak hanya itu, aliran modal asing atau nett outflow dari pasar keuangan Indonesia yang keluar  hingga awal April 2020 dicatat Bank Indonesia (BI) Rp156,3 triliun imbas penyebaran COVID-19. 

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, aliran modal asing yang keluar lewat pasar saham sebesar Rp12,67 triliun, tercatat untuk periode Jnuuari hingga 14 April. Sebesar Rp143,6 triliun year to date keluar lewat surat utang negara (SUN).

Setelah diumumkannya kasus pertama pasien positif COVID-19 di Indonesia, IHSG ditutup di zona merah. Pasar modal Indonesia turun 91,45 poin atau 1,67% ke level 5.361,24. 

Mulai hari itu juga BEI melarang tindakan short selling sebagaimana tercantum dalam butir i.e. pengumuman PT Bursa Efek Indonesia No. Peng-00054/BEI.POP/02-2020 tanggal 28 Februari 2020 tentang efek yang dapat Ditransaksikan dan Dijaminkan dalam Rangka Transaksi Marjin dan atau Transaksi Shortsell yang mulai berlaku tanggal 2 Maret 2020. 

Salah satu upaya mitigasi risiko virus Corona, BI turunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing menjadi 4% dari yang semula 8%. Karena penurunan IHSG yang terjadi secara terus menerus, OJK keluarkan kebijakan buyback saham tanpa persetujuan RUPS sebagai upaya pemberian stimulus perekonomian dan mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan. 

Kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia sejak awal tahun 2020 hingga 9 Maret 2020 terus mengalami tekanan signifikan yang diindikasi dari penurunan IHSG sebesar 18,46%. 

Pada penutupan perdagangan (9/3/2020), IHSG terjun bebas hingga 6,58%, telah menyentuh posisi terendahnya sejak 2008. Pada penutupan perdagangan saham senin (23/3/2020), IHSG ditutup anjlok 205,42 poin atau 4,9% ke level 3.989,51.

Untuk mengantisipasi tekanan dari lantai bursa terhadap IHSG, BEI mengubah batasan auto rejection di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangka mengupayakan terlaksananya perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien. 

Selain itu, untuk mengupayakan terlaksananya perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien, BEI menerapkan aturan baru mengenai Trading Halt 30 menit jika IHSG turun tajam diatas 5%. Trading halt pertama kali dalam sejarah pasar modal Indonesia berlangsung pada Kamis (12/3/2020) dan telah terjadi lima kali sejak saat itu. 

Akibat terus melambatnya pasar modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) siapkan 3 skenario realisasi investasi. Selain itu OJK dan SRO mengeluarkan 9 stimulus untuk menyelamatkan pasar modal.

Tidak hanya Bursa Indonesia, seperti Bursa Asia dan Wall Street pun mengalami penurunan tajam. Seperti Filipina, setelah Presiden Filipina  melakukan lockdown di Manila selama sebulan penuh, Filipina menutup perdagangan bursa saham mereka hingga waktu yang belum ditentukan dan berlaku juga untuk pasar saham, obligasi dan juga mata uang. Kinerja bursa saham Filipina menjadi salah satu yang terburuk di Asia setelah turun lebih dari 30% sejak awal tahun akibat wabah COVID-19.

Kenapa di Indonesia tidak menutup lantai bursa?. Penutupan lantai bursa hanya akan menyebabkan kepanikan pasar. Pembatasan seperti itu tidak disukai oleh investor karena pergerakan modal tertahan. Keadaan pasar saat bursa kembali buka ditentukan oleh kondisi global. Hal itu dapat menyebabkan aksi jual besar-besaran jika perlambatan ekonomi berlanjut atau rebound tajam jika ada pemulihan global.

Dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan sebagai stimulus pasar modal Indonesia, akhirnya IHSG mengalami kenaikan. Pada penutupan akhir pekan Jumat (17/4/2020) IHSG ditutup menguat 154,21 poin atau 3,44% ke 4.634,82 atau 4.635. tercatat 262 saham menguat, 132 saham melemah dan 131 saham stagnan di akhir sesi II. Transaksi perdagangan mencapai Rp.7,29 triliun dari 8,66 miliar lembar saham yang diperdagangkan.

Referensi : www.idxchannel.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun