Mohon tunggu...
Maya Andita
Maya Andita Mohon Tunggu... Penulis - freelance writer

Bertempat tinggal di antara Karawang-Bekasi. Lahir di sebuah kota di penghujung pulau Sumatra pada tahun dimana Shawsank Redemption pertamakali diputar di bioskop. Cucu petani kopi yang gemar menyeduh kopi robusta tanpa gula.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jika Boleh Kembali ke Masa Lalu, Akan Aku Tampar Mereka Satu-satu!

26 Desember 2024   15:16 Diperbarui: 26 Desember 2024   19:34 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ditanya, apa sih kata-kata paling jahat, menyakitkan dan sampai sekarang belum bisa kamu maafin? 

Wah, kayaknya banyak ya. Tapi diantara semua itu ada beberapa kata yang sampai sekarang bikin dada aku sesak dan pengen marah banget rasanya kalau ingat kejadian itu. Diantaranya adalah:

 "Ngapain sih kamu kesini-sini. Kamu tuh kayak orang idi*t tau gak?!"

 "Pukul aja dia, pukul!"

 "Eh, dia itu kan orangnya rada miring," kata mereka semua sambil tertawa, seolah itu adalah lelucon paling lucu yang bisa mereka lakukan. Bisakah kalian bayangkan bahwa ternyata ada sekelompok anak perempuan kelas dua SMP yang sudah bisa berkata sedemikian jahat seperti itu?

Dan dalam diamku yang mematung, aku sekali lagi hanya "bisa" diam. Ingin sih rasanya marah tapi seorang guru pernah bilang kalau anak perempuan itu tidak boleh bertengkar. Apalagi bertengkar dengan teman di sekolah. Itu tidak elok dan tidak pantas.

Katanya, anak perempuan itu harusnya lemah lembut, sabar dan menjauhi konflik. Jika ada yang berbuat salah denganmu, doakan saja agar dia mendapat hidayah. Layaknya tokoh-tokoh utama dalam sinetron tahun 2000-an yang dikenal punya hati yang jauh lebih baik dari malaikat.

Tapi sekarang aku merasa bahwa semua itu omong kosong. Bagaimana aku yang dulu bisa menerima begitu saja nasehat tidak berguna itu?!

Kenapa aku harus mendengarkan apa kata beliau yang bijaksana itu tentang bagaimana seharusnya perempuan bersikap ketika dia ditindas?

Seharusnya 17 tahun yang lalu, aku bisa membela diriku tanpa takut akan dinilai tidak pantas atau tidak elok hanya karena aku seorang perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun