Mohon tunggu...
Maya Andita
Maya Andita Mohon Tunggu... Penulis - freelance writer

Bertempat tinggal di antara Karawang-Bekasi. Lahir di sebuah kota di penghujung pulau Sumatra pada tahun dimana Shawsank Redemption pertamakali diputar di bioskop. Cucu petani kopi yang gemar menyeduh kopi robusta tanpa gula.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Tentang Roti Tawar Meses yang Legendaris

17 Desember 2024   18:15 Diperbarui: 18 Desember 2024   04:16 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh sebelum trend bekal cantik dan unik ala bento di mulai, anak-anak tahun 90-an juga pernah merasakan trend tersendiri dalam dunia perbekalan. Isinya mungkin tak beragam atau tak secantik bekal-bekal anak gen alpha saat ini, tapi kami para anak milenial tentu saja menyimpan banyak memori tentang bekal kami waktu di jaman taman kanak-kanak dulu.

Tidak jauh berbeda dari sekarang, saat TK dulu saya juga suka membawa bekal makanan ke sekolah. Menu yang paling populer adalah Indom*e goreng berbentuk kotak kaku. Biasanya ibu saya juga menambahkan telur dan sedikit nasi---katanya sih biar kenyang, karbo plus karbo, mantap!

Sebenarnya bentuknya tak hanya kotak, bisa bulat, oval atau persegi panjang pokoknya sesuai dengan bentuk kotak makanannya. Saat masih TK, ibu saya dulu adalah seorang pedagang sayur. Oleh sebab itu, dia tidak punya waktu yang banyak untuk membuat bekal makanan. Cara praktisnya ya, membuat mie goreng tadi. Bisa sat-set dan langsung masuk kotak.

Ibu saya biasanya memasaknya setelah adzan subuh sebelum dia berangkat ke pasar. Bisa dibayangkan ya bentuknya seperti apa saat saya membukanya di jam 9 saat istirahat tiba. Kotak sempurna. Meski bentuknya kotak dan kaku, rasanya masih enak.

Dalam lima hari waktu sekolah, menu sekolah saya ya itu-itu saja. Kalau tidak mie goreng mungkin nasi uduk. Pokoknya yang mudah dibeli di jalan. Jarang berganti dengan menu yang aneh-aneh, selain murah tentu saja mengenyangkan. Tapi tahukah kamu, menu bekal apa yang dulu sangat saya inginkan untuk dibawa ke sekolah? Ya, jawabannya adalah roti tawar meses cer*s.

Di jaman saya dulu, tepatnya di tahun 1998-1999, saat krisis moneter sedang melanda Indonesia. Roti tawar bagi kami adalah sesuatu hal yang mahal dan susah untuk dijangkau. Dulu belum ada yang nama Indom*ret atau Alpam*rt yang menjamur seperti sekarang, sehingga dengan mudahnya membeli roti tawar merek apapun di minimarket.

Jika ingin membeli roti tawar, saya harus menunggu tukang roti yang biasanya berjualan menggunakan mobil dari ibu kota kabupaten. Saat kecil saya tinggal di sebuah kota kecil bernama Bukit Kemuning, Lampung Utara. Jika ingin membelinya saya harus menunggu tukang roti dari Kotabumi.

Datangnya pun tidak tiap hari, biasanya dia datang ke kota saya setiap hari Rabu atau Jumat, membuat roti tawar adalah makanan idaman yang sangat saya inginkan waktu kecil.

Mungkin bagi teman-teman saya yang berasal dari keluarga berada, bisa saja pergi ke luar kota untuk membelinya. Tapi sayangnya saya tidak bisa. Jika tukang roti itu tidak datang, maka saya tidak bisa membeli roti itu.

Film dan sinetron yang saya tonton juga banyak memberi pengaruh kenapa saya bisa tergila-gila dengan roti tawar. Di setiap adegan di rumah orang kaya, mereka selalu menyajikan menu roti tawar meses setiap paginya. Seakan memberi gambaran bahwa roti adalah makanan eksklusif dan trendy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun