Nah, ganjalan kecil yang berdampak besar inilah yang harus tuntas terlebih dahulu. Setiap orang, dalam "perjalanan ruhaninya" masing-masing harus bisa menemukan jawaban yang argumentatif, kuat, dan tak terbantahkan, mengapa ia harus turut peduli mengolah sampah organik.
Pilih yang mana?
Jika alasan sudah ditemukan dan terpatri dalam hati, meski bukan untuk kepentingan pribadi, tidak menguntungkan diri sendiri, setiap orang akan secara sukarela terlibat dalam daur pengolahan sampah organik, minimal pada fase pemilahan. Selebihnya, setiap orang bisa memilih model yang disanggupi dan memungkinkan sesuai kondisi tempat ia tinggal. Jika punya banyak waktu dan tak ada komposter bersama, kita bisa mengomposkan sendiri. Jika kita sibuk dan di dekat rumah ada komposter komunitas, kita bisa menyumbangkan sampahnya ke sana. Sesederhana itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H