Pemilihan umum selalu menjadi hajat yang selalu dirayakan oleh segenap masyarakat terutama di Indonesia. Bahkan pemilihan umum bisa dianggap sebagai budaya populer baru yang seakan-akan merayakan pemilihan umum seperti merayakan hajatan besar negara.
 Euphoria tentang pemilu selalu dinanti-nanti oleh masyarakat Indonesia sebagai sesuatu yang ditunggu-tunggu dan bahkan diharapkan sebagai tombak dan tolak ukur pesta demokrasi yang baik di Indonesia untuk upaya mencapai masyarakat madani dengan pembangunan yang berkelanjutan.
Namun, ada yang menarik di pemilihan umum tahun ini dimana yang tersedia hanyalah dua pasangan yaitu Joko Widodo dan KH Maaruf Amin yaitu pasangan nomor satu, dan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pasangan nomor dua sebagai calon yang melawan pertahana.
Dua pilihan itu membuat masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua antara mana pendukung Prabowo yang biasa disebut kampret dan pendukung Jokowi dengan sebutan cebong.
Namun berhenti disana, saya tergelitik dengan sebuah artikel yang dibuat oleh seorang guru besar Sekolah Tinggi Filsafat, Franz -- Magnis Suseno tentang pembahasan golput atau golongan putih yang tidak memilih keduanya karena berbagai alasan yang majemuk.
Ada ketidakpercayaan terhadap calon yang tersedia, atau pendidikan yang kurang tentang pemilihan umum, terus kurangnya sosialisasi, atau masih merasa bingung dan lain-lainnya.
Namun yang lucu adalah, ada sebuah kalimat dan kata-kata yang seolah olah bahwa memilih golput adalah sesuatu tindakan yang dianggap sebagai tidak ada tanggung jawab moral yaitu seperti kata kata seperti ini : Anda Bodoh, Berwatak Benalu, dan Physico Freak atau gangguang mental dan psikis.
Memanusiakan manusia merupakan tindakan yang berpegang terhadap nilai keadilan, kesetaraan, serta nilai persaudaran, hak atas pelayanan, kesejahteraan, berpendapat dan beraktivitas menjadi salah satu cara memanusiakan manusia tersebut. Istilah "memanusiakan manusia" merupakan upaya untuk membuat manusia menjadi berbudaya atau berakal budi.
Sesama manusia saling menghargai, menghormati, dan tidak mengadili. Konteks "memanusiakan manusia" berpegang pada nilai keadilan, kesetaraan, serta nilai persaudaraan.
Beberapa point memanusiakan manusia yang sangat dilupakan oleh masyarakat saat ini adalah tentang menghormati pilihan orang lain. Terbayang makna yang kasar dalam tulisan diatas menyebutkan memilih golput adalah bodoh, benalu, gangguan mental dan lain-lain yang semua itu merupakan kalimat offensive tanpa solusi itu sangat menusuk hati sebagian masyarakat yang mendeklarasikan untuk golput.