Mohon tunggu...
Andri Mulyawan
Andri Mulyawan Mohon Tunggu... Staff Administrasi Proyek -

Mahasiswa Ilmu Sosial Bergerak di Ilmu Politik dan Gender. Penyuka Fotography, Nulis Opini, Tiduran dan Makan, Kritis namun Membangun, dan Tukang Julid.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Memanusiakan Manusia dalam Pemilu 2019

13 Maret 2019   10:24 Diperbarui: 14 Maret 2019   03:58 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan umum selalu menjadi hajat yang selalu dirayakan oleh segenap masyarakat terutama di Indonesia. Bahkan pemilihan umum bisa dianggap sebagai budaya populer baru yang seakan-akan merayakan pemilihan umum seperti merayakan hajatan besar negara.

 Euphoria tentang pemilu selalu dinanti-nanti oleh masyarakat Indonesia sebagai sesuatu yang ditunggu-tunggu dan bahkan diharapkan sebagai tombak dan tolak ukur pesta demokrasi yang baik di Indonesia untuk upaya mencapai masyarakat madani dengan pembangunan yang berkelanjutan.

Namun, ada yang menarik di pemilihan umum tahun ini dimana yang tersedia hanyalah dua pasangan yaitu Joko Widodo dan KH Maaruf Amin yaitu pasangan nomor satu, dan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pasangan nomor dua sebagai calon yang melawan pertahana.

Dua pilihan itu membuat masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua antara mana pendukung Prabowo yang biasa disebut kampret dan pendukung Jokowi dengan sebutan cebong.

Namun berhenti disana, saya tergelitik dengan sebuah artikel yang dibuat oleh seorang guru besar Sekolah Tinggi Filsafat, Franz -- Magnis Suseno tentang pembahasan golput atau golongan putih yang tidak memilih keduanya karena berbagai alasan yang majemuk.

Ada ketidakpercayaan terhadap calon yang tersedia, atau pendidikan yang kurang tentang pemilihan umum, terus kurangnya sosialisasi, atau masih merasa bingung dan lain-lainnya.

Namun yang lucu adalah, ada sebuah kalimat dan kata-kata yang seolah olah bahwa memilih golput adalah sesuatu tindakan yang dianggap sebagai tidak ada tanggung jawab moral yaitu seperti kata kata seperti ini : Anda Bodoh, Berwatak Benalu, dan Physico Freak atau gangguang mental dan psikis.

Artikel yang terbit di salah satu media cetak (Dokpri)
Artikel yang terbit di salah satu media cetak (Dokpri)
Ada point yang hilang dari pemilihan umum 2019 saat ini adalah tentang konsep memanusiakan manusia. Konsep ini merupakan konsep yang sangat luhur yang sangat membudaya didalam masyarakat Indonesia yang selalu digaungkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam perilaku dan sosialisasinya.

Memanusiakan manusia merupakan tindakan yang berpegang terhadap nilai keadilan, kesetaraan, serta nilai persaudaran, hak atas pelayanan, kesejahteraan, berpendapat dan beraktivitas menjadi salah satu cara memanusiakan manusia tersebut. Istilah "memanusiakan manusia" merupakan upaya untuk membuat manusia menjadi berbudaya atau berakal budi.

Sesama manusia saling menghargai, menghormati, dan tidak mengadili. Konteks "memanusiakan manusia" berpegang pada nilai keadilan, kesetaraan, serta nilai persaudaraan.

Beberapa point memanusiakan manusia yang sangat dilupakan oleh masyarakat saat ini adalah tentang menghormati pilihan orang lain. Terbayang makna yang kasar dalam tulisan diatas menyebutkan memilih golput adalah bodoh, benalu, gangguan mental dan lain-lain yang semua itu merupakan kalimat offensive tanpa solusi itu sangat menusuk hati sebagian masyarakat yang mendeklarasikan untuk golput.

Belum lagi tentang perbedaan pilihan yang saling menyerang satu sama lain dengan istilah-istilah yang tidak manusiawi seperti cebong, kampret, sesat, antek-antek, dan hal-hal lain yang sangat sarkas dan kasar yang terlontar dari mulut masyarakat untuk saling menyerang satu dengan lainnya, atau menyerang calon presiden itu sendiri.

Kalimat dan Kata yang tertuang dalam Artikel Tersebut
Kalimat dan Kata yang tertuang dalam Artikel Tersebut
Era sosial-media memang mempunyai kekuatan yang mahadahsyat dalam membuat, menciptakan, dan menyebarkan informasi. Sesuai dengan teori konstrukivisnya Onuf menyebutkan bahwa sosial media seolah-olah mempunyai kekuatan menerangkan (assertive),memberi petunjuk (directive) dan menghasilkan tindakan (commisive) yang sangat cepat dibanding dengan sosialisasi dan ceramah.

Ini sangat dipahami betul oleh beberapa fanatis pendukung salah satu calon presiden untuk menyebarkan suatu nilai-nilai yang bahkan bisa menyakiti satu sama lain antar masyarakat, menghancurkan image salah satu pasangan calon, atau bahkan membuat sebuah perang nilai di sosial media dengan berita-berita yang dibungkus oleh kata-kata menakuti, menjustifikasi dan offensive.

Ditambah sosial media merupakan contoh budaya populer yang sangat dekat dengan nadi masyarakat. Dengan kejadian tersebut bahkan nilai memanusiakan manusia semakin luntur, terutama tentang menghargai pilihan orang lain.

Jika kita telaah prinsip pemilu, bahkan sangat memanusiakan manusia. Asas pemilu yang sering digaungkan kepada anak-anak di instansi pendidikan, kepada mahasiswa sebagai penggerak utama pendidikan yang tinggi di universitas, dan bahkan di masyarakat yaitu Langsung, Umum, Bersih, Jujur, Rahasia dan Adil.

Lima hal tersebut jika kita komparasi kepada makna memanusiakan manusia itu sangat menggambarkan bagaimana kemanusiaan itu diangkat sangat jelas dalam asas tersebut. Misalnya, ketika kita merahasiakan pilihan kita, artinya kita mencegah keributan antar para fanatisme calon presiden. Ada penghormatan tentang pilihan seseorang.

Terakhir, kesimpulan adalah memanusiakan manusia terutama menghargai pilihan seseorang adalah salah satu point yang penting namun dilupakan oleh sebagian masyarakat.

Baik dia memilih nomor 1 sebagai harapannya nanti kedepan dalam memimpin Indonesia, memilih nomor 2 sebagai idola dan menggantungkan harapannya kedepan dalam memimpin Indonesia, atau tidak sama sekali memilih adalah pilihan masyarakat dan manusia lainnya dalam pemilihan umum yang harus dihormati sebagai upaya pencapaian demokrasi yang sempurna dan manusiawi.

Terimakasih

Semoga Bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun