Mohon tunggu...
Andri Mulyawan
Andri Mulyawan Mohon Tunggu... Staff Administrasi Proyek -

Mahasiswa Ilmu Sosial Bergerak di Ilmu Politik dan Gender. Penyuka Fotography, Nulis Opini, Tiduran dan Makan, Kritis namun Membangun, dan Tukang Julid.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memikirkan Ulang Kesetaraan Gender di Era Kontemporer

8 September 2018   22:27 Diperbarui: 8 September 2018   22:44 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gender telah menyajikan pengertian bahwa, tidak selamanya hal ini dikaitkan dengan biologi dan sexual preferences. Mengartikan gender dengan biologi dan kodrati hanya dianggap menimbulkan ketimpangan yang sangat jauh. Menimbulkan ambiguitas yang semakin kabur, dan tidak bisa menjelaskan bagaimana perempuan-perempuan yang menggunakan hal-hal kekerasan sebagai jalan utama didalam penyelesaian masalah dan perilaku pelecehan seksual yang dilakukan oleh perempuan.

Maka dari itulah, perlu penggeseran makna gender yang dianggap bahwa gender secara kodrati tidak relevan dalam menjelaskan kejadian Neno Warisman, Ratna Sarumpaet, dan akun-akun IG perempuan yang berkomentar melecehkan kepada laki-laki seperti kejadian Jonathan Christie. Ada perlu pemikiran baru bahwa yang perlu diangkat subordinasinya adalah feminintas supaya bisa berdampingan bersama dengan maskulinitas dalam menjaga perdamaian dan keharmonisan dalam dunia tentunya.

Kesimpulannya adalah, kesetaraan gender adalah upaya mengangkat subordinasi feminintas terhadap superiorias maskulinitas. Selama ini, wanita yang dianggap kelas dua didalam dunia internasional ternyata akar penyebabnya adalah kondisi yang lemah dan perspektif feminin yang dianggap tidak bisa melakukan apa yang maskulin lakukan. 

Bukan wanita yang semata-mata secara kodrati adalah kaum sub-ordinat dan akan menimbulkan perundungan ketika feminintas didalam tubuh laki-laki. Karena seharusnya memang pada dasarnya, maskulinitas dan feminintas harus berdampingan satu dengan lainya terutama dalam upaya menjaga perdamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun