Sebuah Slogan
Pemilihan Anggota Legislatif yang dilaksanakan secara serentak bersamaan dengan adanya Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Â pada tanggal 14-02-2024 yang lalu telah usai. Walaupun demikian, sampai detik ini, saya masih terngiang-ngiang dengan salah satu slogan yang sejatinya amat baik bahkan mulia tapi malah menggelitik bahkan berkonotasi buruk, terkait dengan berbuat baik dan Pemilihan Legislatif.Â
Slogan yang saya maksud kira-kira berbunyi demikian, "Teruslah Berbuat Baik, Biar Orang Pikir Kamu Caleg". Tulisan berisi seruan atau ajakan itu, awalnya saya temukan di sudut sebuah pasar tempat dimana saya bekerja saat ini. Letak pemasangannya cukup strategis sehingga setiap orang yang melintas dapat melihat dan membacanya.
Waktu berikutnya, saya temukan status WhatsApp seorang teman saya yang isinya terkait erat dengan isi slogan di atas yakni, "Karena Berbuat baik, Dipikirnya saya Caleg". Status tersebut diakhiri dengan emoji tertawa.Â
Melihat dan membaca status demikian, sayapun membalasnya dengan emoji tertawa pula. Mengapa? saya tahu dengan sungguh bahwa teman tersebut bukanlah seorang Caleg. Ia hanyalah seorang warga masyarakat yang saat itu sedang terlibat aktif dalam suatu kegiatan bakti sosial pada salah satu tempat yang terdapak bencana alam. Akan tetapi, berhubung apa yang dilakukannya bertepatan dengan suasana menjelang Pemilihan Anggota Legislatif maka, para penerima bantuan menjadi salah kaprah. Â
Berbuat Baik
Berbicara tentang berbuat baik tak dapat kita dipisahkan dari unsur dorongan atau gerakan hati dari mereka-mereka yang menghayatinya. Tanpa adanya dorongan hati dari setiap pribadi pelakunya maka, mustahil suatu tindakan berbuat baik akan terwujud. Berbuat baik hanya dapat dihayati diamalkan, dan dihidupi oleh pribadi-pribadi yang senantiasa memiliki yang tergerak karena kasih.Â
Dunia spiritual malahan memandang dan menerimanya sebagai suatu ibadat dan wujud nyata dari ibadat itu sendiri. Berbuat baik dalam bentuk apapun selalu mendatangkan, kebaikan, kegembiraan, sukacita, dan kebahagiaan bagi para pelakunya. Berbuat baik sekecil apapun dapat menbangkitkan harapan dan memberikan kehidupan bagi yang menerimanya.
Berbuat baik seyogyanya tidak hanya ditujukan kepada sesama manusia yang sedang berada dalam situasi sulit, tersingkirkan karena situasi sosial politik, dan lain sebagainya.Â
Berbuat baik juga dapat ditujukan kepada alam atau bumi pertiwi, tempat dimana bangsa manusia mendapatkan makanan dan minuman. Berbagai macam bencana alam yang terus terjadi menunjukan bahwa sudah saatnya bagi manusia untuk peduli, menggerakkan hati, dan melakukan suatu perbuatan baik untuk menyelamatan alam dan kehidupannya sendiri pada masa yang akan datang.
Pemilihan Legislatif
Pemilihan Legislatif sejatinya merupakan pesta demokrasi untuk memilih para wakil rakyat pada berbagai tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, baik tingkat Kabupaten, Propinsi, maupun tingkat Nasional. Suara rakyat yang adalah suara Tuhan seharusnya dihargai dan dihormati tanpa embel-embel di belakangnya. Kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya.Â
Suara rakyat dibeli dengan harga yang murah dengan berbagai tawaran keenakan dan kenikmatan. Para Wakil Rakyat tidak memberikan kebebasan kepada seluruh rakyat yang memiliki hak pilih, untuk secara bebas menyalurkan aspirasinya.
Pengalaman menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu, pada setiap kali Pemiihan Umum berlangsung, muncul para caleg dengan berbagai jurus berusaha untuk menarik simpati masyarakat pemilih untuk mendapatkan suaranya.Â
Mereka ibarat sinterklas, rela memberikan apa saja yang penting mendapatkan dukungan sebanyak mungkin. Segala kebutuhan masyarakat dapat mereka penuhi dengan jalan atau cara berbuat baik.Â
Tiada kenal lelah, berbagai kesemmpatan dan peluang berbuat baik, dicari, dikejar, dan di manfaatkan dimana-mana. Setelah Pemilihan berlalu, berakhirlah juga semua kebaikan itu. Pemilu nampaknya tidak ada kaitannya dengan kwalitas kepribadian para calon tapi seberapa banyak dan mampu mereka membayar.Â
Berbuat Baik Menjadi Ternoda
Dalam ajaran agama, budaya, dan tradisi manapun, selalu ditekankan bahwa berbuat baik dalam bentuk dan level apapun, selalu dilakukan tanpa pamrih, tanpa balas jasa, atau apa adanya bukan ada apanya.Â
Berbuat baik dilakukan bukan untuk mencari simpati dan imbalan dalam bentuk apapun, termasuk mencari simpati, harapan, dukungan, dan pujian. Perbuatan baik  yang diamalkan entah kepada sesama manusia ataupun kepada alam semesta karena dorongan hati, biasanya dilakukan tanpa mengenal waktu, musim, ajang, atau periode. Ia datang kapan dan di mana saja.Â
Sadar atau tidak, ajang Pemilu dengan segala tawaran yang menggiurkan melalui para calon yang akan dpilih, telah menodai nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tindakan berbuat baik.Â
Berbuat baik bukan lagi menjadi moment bagi manusia untuk memperoleh ganjaran yang bernilai Ilahi tapi manusiawi. Akibatnya adalah berbuat baik kerap kali dikait-kaitkan dengan posisi dan kepentingan pribadi-pribadi yang melakukannya (Teruslah Berbuat Baik, Biar Orang Pikir Kamu Caleg).Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H