Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Netizen Indonesia Paling Tidak Sopan Se-Asia Tenggara. Perlukah Pemerintah Merevisi UU ITE?

27 Februari 2021   12:29 Diperbarui: 27 Februari 2021   12:44 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Microsoft telah mengeluarkan laporan Digital Civility Indeks (CDI) terbaru soal tingkat kesopanan berkomunikasi secara digital. Hasilnya sangat luar biasa dan mencengangkan. 

Netizen Indonesia menduduki urutan buncit alias paling bawah, dengan nilai 76 poin, dalam hal kesopanan di internet. Netizen Indonesia kalah telak dari para netizen Singapura yang menduduki urutan teratas. Ada yang protes?

Tak perlu. Tak usah membantah. Belajar untuk menerima diri. Kenyataannya memang demikian. Coba saja perhatikan isi komentar para netizen Indonesia, pada tiap kolom komentar yang tersedia dibagian akhir dari suatu berita atau peristiwa yang diulas atau naik tayang pada salah satu media sosial. Sangat risih dan memalukan. Ada makian, celaan, hinaan, bullyan, fitnah, hoaks, dan lain sebagainya terdapat di sana.

Level atau tingkat kekasaran bahasa netizen Indonesia, boleh dikatakan berada diluar batas norma-norma normal yang berlaku di negeri yang mengklaim diri sebagai bangsa yang sopan, beradab, santun, punya tata krama, dan paling beragama di dunia ini.

Hal yang sama saja terdapat pada mereka-mereka yang katanya berpendidikan tinggi dan memiliki kedudukan penting alias menjadi publik figur bagi anak-anak bangsa ini. Perhatikan dan simak saja kata-kata para elit politik di negeri ini. Tak mendidik sama sekali. Tiap saat, tampil di media dan hanya mampu menarik simpati masyarakat dengan fitnah dan hinaan.

Lucunya, para netizen Indonesia memiliki karakter unik. Susah ditemukan bandingan tingkat lelucun dan keunikannya pada netizen negara manapun di dunia ini. 

Dikatakan demikian karena netizen Indonesia nampaknya galak dan garang di media sosial saja. Malahan, orang nomor satu di negeri ini sekalipun dimaki-maki, difitnah, di bully, dan ditantang habis-habisan.

Akan tetapi, ketika ditangkap oleh aparat hukum dan diproses, nangisnya luar biasa. Ingusnya meleleh dimana-mana, air mata buayanya tumpah ruah, dan berlagak polos amat. Malah sampai sujud menyembah dan mohon ampun berulang-ulang kali. 

Jurus klasik nan ampuh para netizen Indonesia yang jikalau sudah berulah dan terciduk adalah menyesal dan mewek. Sejarah negeri ini belum mencatat bahwa ada netizen yang galak di medsos dan galak juga untuk beradu argumen ketika ditangkap.

Apa hubungan hasil survei microsoft dengan teriakan kepada pemerintah untuk merevisi UU ITE? Bukan menjadi suatu rahasia umum lagi bahwa dalam beberapa waktu terakhir ini, netizen Indonesia beramai-ramai berkoar agar pemerintah merevisi UU ITE. 

Alasan yang mengemuka adalah netizen bangsa ini takut untuk mengkritik karena takut ditangkap. Ada yang was-was, jangan sampai salah ucap dan berurusan dengan pihak kepolisian atau hukum.

Apa yang dikoar-koarkan, rupanya tidak sejalan dengan hasil survei microsoft. Para netizen Indonesia berpikir bahwa mereka paling sopan, paling takut mengucapkan kata-kata kotor, tidak suka memfitnah, dan tidak mau membully. 

Tapi apa faktanya? Rekam jejak digital tidak bisa dibohongi kawan. Fakta menunjukkan bahwa para netizen Indonesia perlu dikendalikan dengan suatu badan hukum yang jelas dan tegas. 

Kalau ada UU ITE saja yang begitu tegas dan keras, image netizen Indonesia sudah buruk di mata dunia, apalagi kalau direvisi dan diperlunak. Nerizen Indonesia kan semakin menjadi-jadi.

Netizen Indonesia katanya takut dibungkam karena berkata kotor tapi kenyataannya, sungguh jauh berbeda. Netizen Indonesia selama ini bebas berkata-kata kotor dimedia sosial. Netizen Indonesia katanya takut berpendapat tapi faktanya jauh panggang dari api. Kolom komemtar media sosialnya penuh dengan maki-makian, hinaan, fitnah, dan hoaks. Kalau sudah begini, pertanyaan pentingnya adalah perlukah UU ITE direvisi?

Kenyataan yang diungkap pihak microsoft menunjukkan indikasi yang jelas, jernih, dan terang bahwa UU ITE tidak perlu direvisi. Biarlah UU yang selama ini dipandang sebagai sarana rezim untuk membungkam publik tetap dengan isinya yang tegas dan keras itu diberlakukan sebagai alat untuk mengatur dan menata pola pikir netizen Indonesia dalam hal bermedia sosial. Netizen Indonesia rupanya perlu untuk dididik secara lebih keras untuk tahu sopan santun, adap, dan tata krama di hadapan umum.

Teriakan untuk merevisi UU ITE selama ini, hanya dalil dari pribadi-pribadi tertentu guna menyembunyikan niat atau kepentingan busuk untuk menyerang pihak-pihak tertentu. 

Kiranya, hasil survei dari microsoft dijadikan sebagai sarana untuk berefleksi bagi para pengguna media sosial yang selama ini tidak tahu mengontrol pikiran dan jari-jarinya sebelum bertindak. 

Selain itu, pihak pemerintah seharusnya menjadikan hasil survei ini juga sebagai sarana untuk menakar dan mengukur sejauh mana masyarakat Indonesia bermedia sosial dan memikirkan sekali lagi soal rencana untuk merevisi UU ITE.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun