Fase Kehidupan
Manusia adalah makhluk yang bersifat dinamis. Ia berkembang dari waktu ke waktu dan itu terjadi secara normal dan bertahap sesuai dengan fase kehidupannya. Diawali dari masa anak-anak, seseorang berkembang menuju masa remaja lalu, perlahan menjadi dewasa, dan akhirnya menua.Â
Seiring dengan perkembangan fase-fase di atas, berkembang jugalah keadaan fisik, psikologi, dan kehidupan sosial seseorang. Ketika memasuki usia dewasa (kurang lebih 35-40 tahun), baik pria maupun wanita, akan mengalami yang namanya puber II.
Puber II
Puber II dapat dipahami sebagai suatu masa dimana seseorang kembali bergumul dengan aneka tekanan yang disertai dengan gairah yang meledak-ledak dan rasa penasaran yang besar akan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Â Puber II lahir dan ada karena tekanan kondisi psikologi dalam diri seseorang.
Tidak semua orang dapat menghadapi dan melewati masa ini dengan mulus. Ketika mereka yang berada pada masa ini dan merasakan bahwa kebahagiaan yang dirasakan berada pada level terbawah maka, akan muncul depresi atau gangguan mental seperti, pesimis, tidak tenang, cemas, merasa sakit walaupun tak ada penyakit, dan malahan ada yang mencoba untuk bunuh diri.
Mengapa Ada Puber II?
Ketika manusia berada pada usia 35 ke atas, boleh dikatakan bahwa ia sedang berada dalam level kemapanan dan kematangan yang sudah lumayan baik (kondisi keuangan, Â karier, dan keluarga). Menjadi pertanyaan adalah kalau sudah mapan dan matang, mengapa muncul tekanan psikologi? Sejatinya, seseorang harus lebih tenang, damai, atau bahagia bukan?
Tekanan psikologi itu muncul karena ada perasaan jenuh, anak-anak sudah dewasa dan memiliki tugas, kesibukan, dan pekerjaan masing-masing, ingin membuktikan diri kalau masih hebat (sepertinya menolak tua), ingin terlihat sukses (walaupun kenyataan mungkin saja tidak), orang-orang terdekat seperti kedua orangtua atau ada rekan-rekan yang sudah meninggal, mempertanyakan pencapaian hidup, dan lain sebagainya.Â
Dalam keadaan demikian, seseorang ingin mencari jalan untuk membuktikan diri bahwa ia tetap eksis dan menikmati hidupnya. Yang laki-laki, akan berusaha tampil elegan, centil, berdandan ala anak muda, mengadakan barang atau hal-hal yang sebenarnya tidak perlu, bahkan melakukan petualangan seksual. Sedangkan kaum perempuan, akan lebih banyak memikirkan karier yang tak berkembang lagi, kondisi keuangan, interaksi dengan orangtua yang semakin renggang, dan mempertanyakan apa yang harus dilakukan kedepan.
Melawan Puber II
Puber II dan segala persoalan negatif yang lahir darinya harus dikalahkan. Oleh karena itu, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan itu maka, lakukanlah hal-hal berikut:
1. Melakukan Konsultasi Psikologi. Masa puber II terkait erat dengan adanya gangguan psikologi. Maka, ketika mengalaminya, tidak salah kalau melakukan konsultasi dengan psikolog. Seorang psikolog, pastilah mengerti, memahami, dan memberikan jalan keluar terbaik untuk hal ini.
2. Komunikasi Dengan Pasangan. Mengkomunikasikan apa yang dialami dengan pasangan merupakan sesuatu yang lumrah. Maka, mengalami puber II dan berkomunikasi dengan pasangan menjadi salah satu pilihan untuk mengalahkannya. Dengan komunikasi yang baik, pasangan akan mengerti, memberi dukungan, dan membantu mengatasinya.
3. Buat Komitmen dan Kendalikan Hasrat. Membuat komitmen dalam hati untuk melawan puber II dan segala efek negatifnya, jauh lebih efektif daripada terlena dan hanyut dalam godaannya. Komitmen itu akan menjadi lebih ampuh, kalau didukung dengan niat untuk mengendalikan diri. Mereka yang punya komitmen, pasti mampu mengendalikan diri dengan baik.Â
4. Mengelolah Hasrat Dengan Menciptakan Peluang Baru
Perasaan jenuh, hasrat yang besar dan menggebu-gebu, dan perasaan ingin eksis yang dialami ketika berada dalam masa puber II, dapat dialihkan dengan melakukan hal-hal positif seperti: mengelolah sebuah bisnis, rekreasi, mengikuti seminar-seminar yang berguna, mengikuti kursus, melukis, melakukan tour wisata, dan lain sebagainya. Dengan melakukan hal-hal baru dalam hidup, sekiranya itu membantu untuk melawan puber II dalam diri.Â
SALAM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H