1. Mengusahakan Ladang.Â
Kaum lelaki Dawan, terbiasa dan akrab dengan yang namanya rambah merambah hutan dan potong memotong kayu. Setiap kali memasuki musim penghujan, ladang-ladang masyarakat yang hendak dipersiapkan untuk ditanami jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan, dan lain-lain, harus dibaharui dan dipagar kembali dengan baik.Â
Tidak berfungsinya ladang-ladang masyarakat disepanjang musim kemarau, membuat ladang-ladang tersebut kembali bersemak dan pagar di sekelilingnyapun menjadi rusak. Akan terdapat beribu-ribu batang pohon, baik yang besar maupun yang kecil yang akan harus ditebang untuk dijadikan sebagai pagar.Â
Untuk menyelesaikan pekerjaan ini, butuh waktu yang cukup lama dan sungguh menguras tenaga. Bayangkanlah, kayu-kayu yang telah tertebang dalam berbagai ukuran itu, harus dipikul dan di susun setinggi satu meter lebih membentuk pagar di sekeliling ladang. Kwalitas kayu dan kekokohan pemagaran akan turut menentukan hasil panen yang dicapai.Â
Kekeliruan sekecil apapun, sangatlah fatal karena baik binatang-binatang liar maupun binatang-binatang piaraan masyarakat yang kurang terkontrol, akan menjadi lawan empuk bagi yang empunya ladang. Maka, kampak dan parang seorang lelaki Dawan harus tetaplah tajam.
2. Memenuhi Kebutuhan Rumah
Sejak dahulu, masyarakat Dawan senantiasa membiasakan diri untuk memasak apapun, dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Ukuran dan kwalitas kayupun, harus disesuaikan dengan jenis bahan makanan yang ditasak. Kalau hanya memasak beras untuk menjadi nasi, tentu tidak butuh kayu api yang banyak.Â
Ini akan berbeda, kalau yang dimasak itu adalah jagung. Butuh kayu yang cukup banyak dan ukurannyapun harus lebih besar. Kwalitas nyala api harus tetap terjaga agar jagung yang dimasakpun benar-benar matang dan beraroma sedap bukan beraroma asap. Butuh waktu kurang lebih satu jam untuk memasak jenis makanan ini. Makanan ini, pasti selalu ada karena merupakan makanan pokok masyarakat Dawan.
Tuntutan persediaan kayu bakar dalam jumlah dan ukuran yang lebih akan semakin terasa, ketika musim penyulingan air nira menjadi sopi tiba (sopi: minuman yang beralkohol tinggi).Â
Sejak awal proses penyulingan (pagi  hari) hingga tetes-tetes penghabisan dari penyulingan itu (sore hari), kwalitas bara api harus benar-benar mantap. Sedikit saja ada kelalaian, maka hasilnya tidak akan memuaskan (hasil sedikit dan tidak berkwalitas).Â
Tuntutan lain yang tak kalah menantang juga bagi seorang lelaki Dawan adalah ketika sudah berkeluarga dan istri melahirkan di rumah.Â