Alasan utamanya adalah cinta kasih. Cinta kasih sepasang suami-isterilah yang melatarbelakangi kelahiran dan kehadiran seorang anak di dunia ini.Â
Maka, untuk selanjutnya, kesejatian cinta kasih itu akan diuji, lewat perjuangan untuk mengalahkan diri dan segala kepentingan lain demi membesarkan dan mendidik anak-anak.Â
Keberadaan sekolah, pendidik (guru), dan sarana lain seperti mbak google, hanyalah pelengkap untuk menyempurnakan tugas dan tanggungjawab sebuah keluarga dalam aspek kehidupan lain (pengetahuan) dalam diri seorang anak.
Mengukur dan Menakar Diri Melalui Proses Belajar dari Rumah
Proses belajar dari rumah karena Covid-19, dapat dijadikan sebagai patokan untuk mengukur sejauh mana kedalaman cinta kasih suami-isteri kepada anak-anak yang telah dilahirkan. Ketika mendampingi anak-anak di rumah, sudah pasti bahwa tenaga, pikiran, emosi atau perasaan sebagai orangtua akan terkuras.Â
Dalam situasi demikian, cinta kasih, kesetiaan, kesabaran, kreatifitas, dan berbagai hal baik lain yang ada dalam diri mereka yang dipanggil sebagai orangtua, akan teruji.Â
Ketika para orangtua kalah dan kurang dalam hal-hal baik yang ada dalam diri maka, tergoda untuk berteriak, mengeluh, mengesah, bahkan menyia-nyiakan rahmat terindah (anak) yang telah anugerahkan Tuhan. Sejauh ini, hal buruk ini telah terbukti bahkan ada orangtua yang tega membunuh darah dagingnya sendiri.
Dininabobokkan oleh Sekolah, Guru, dan Teknologi
Entah disadari atau tidak, jauh sebelum terjadinya proses belajar dari rumah, kebanyakan orangtua hanya menitikberatkan tanggungjawab pendidikan anak-anak kepada sekolah dan guru. Orangtua hanya tahu mencari uang, uang, dan uang.Â
Para orangtua berpikir bahwa uang dapat menyelesaikan segala hal. Sehingga ketika terdapat sesuatu yang tak beres dalam diri anak-anak, terkait dengan perkembangan pendidikannya, sekolah dan guru dengan mudah dijadikan sebagai kambing hitam.Â
Kemajuan teknologi yang amat pesat saat ini, terutama keberadaan aplikasi google, turut berperan dalam meninabobokkan orangtua dalam mendidik anak-anak. Google telah menyediakan segala sesuatunya sehingga orangtua hanya dituntut untuk memiliki handphone, pulza, kwuta internet, dan tahu mengklik maka, selesai persoalan.Â