"Bukankah itu terlalu berlebihan, aku pun hanya tahu Jansen dari sepercik cerita dari Tanner, ia pun lebih mendeskripsikan nya seperti orang yang sedikit berengsek."
"Well, setidaknya ia bersikap gentle depan wanita bukan? Kau tahulah apa yang akan terjadi jika kau menaruh dua orang lelaki dalam satu apartemen,apalagi dua orang lelaki yang suadh dekat sejak kecil."
Aku pun mulai memikirkan kembali terhadap pernyataan Shirley, dan itu ada benarnya."Ok nona, kau menang ronde ini, lebih baik aku tidur dengan mendengar ocehan mu sebagai cerita tidurku, daripada harus berdebat dengan mu. Itu bisa membuatku mendapatkan sakit kepala yang hebat."
"Hahaha, benar sekali, hey omong-omong, apakah Lory akan memasak kita sarapan?"
"Jangan harap, aku tidak mau apartemen kita terbakar" Kemudian aku kembali tidur sebelum aku tidak bisa mendapatkan tidur di apartemen.
Setibanya kami di apartemen, aku terbangun dan melihat apartemen kami memang benar-benar terbakar, Shirley sudah melongo dan tidak berkata sepatah katapun, aku pun berteriak "LORY!!! TIDAK LORY!!!", kemudian Shirley tiba-tiba memanggilku "Vica, Vica". Aku pun tak meresponnya sebab aku sudah terlalu panik.
Kemudian Shirley berteriak memanggilku, diikuti dengan tamparan yang begitu keras. PLAKKK
Tiba-tiba saja aku terbangun dan menyadari bahwa itu semua hanyalah mimpi, Shirley pun sudah memegang sandal kesayangannya yang ia selalu simpan dimobil di tangan kanan.
"Apa yang kau mimpikan VIca? Kau membuatku panik, saat aku bilang kita sudah sampai, kau malah berteriak memanggil nama Lory, aku sempat ketakutan setengah mati hanya melihatmu berteriak Lory, apakah di mimpimu ia benar-benar membarkan apartemen kita?" Tanya Shirley dengan amarahnya yang sangat tidak ingin kau lihat.
"Huh?"
"Kau ini ma-... Lupakan lah, mari kita cepat-cepat kembali, sebelum ada seseorang yang melihat kita."