"Hati-hati ya, jangan lupa hubungi aku jikalau kau sudah sampai!" jerit Vica sebelum diriku masuk ke tempat check in.
"Pastinya, kau jangan lupa nyalakan ponsel mu nanti, kalau tidak kau angkat akan ku spam kau dengan pesan yang sangat banyak." balasku
Setelah itu diriku dengan Jansen berjalan menuju ke salah satu counter check-in, kemudian Jansen dengan senyum kecil bertanya kepadaku. "Hei Tanner, apa kau menyukainya?"
Aku yang masih setengah mengantuk dan setengah memikirkan kejadian selama dimobil tadi pun, sedikit bingung pertanyaan Jansen.
"Menyukai siapa?"
"Haiiisss, jujur saja, kau menyukai perempuan itu bukan?, gerak gerik kalian dari tadi selama aku mengobrol dengan shirley. Sangat romantis." Ucap Jansen dangan nada berengsek nya
"Jaga cara bicaramu seor penggoda wanita, jangan kira aku dan Vica tidak mendengar betapa ramainya pembicaraan kalian selama perjalanan menuju bandara. Kalian seperti Matchmade in Heaven yang akhirnya dipertemukan setelah sekian lama." balasku dengan emosi yang mulai meluap.
"Hey hey hey, santai kawan. Kau tak perlu sejauh itu, aku tahu dengan apa yang aku lakukan. Lagipula, gadis itu, Shirley, dia cukup menarik."
"Apa kau mau aku untuk minta Vica memberikan nomor milik Shirley?" tanya ku dengan nada sinis.
"One steap ahead of you mate." Kemudian ia memamerkan layar ponselnya, yang tertera nama lengakap, nomor ponsel, alamat email, dan alamat Shirley sendiri. "Terkadang yang harus kau lakukan adalah langsung bertanya, tak perlu omong kosong berkepanjangan."
Hatiku terasa seperti dirajam oleh ratusan paku lancip, tapi pada akhirnya, Jansen adalah Jansen, dia pasti akan mendapatkan apa yang ia inginkan dengan segala macam cara, walaupun itu termasuk harus mengorbankan harga dirinya.