Aku menangis hingga mimpi membawaku jauh ke alam bawah sadar diriku, ku melihat jam dan sudah menunjukkan pukul dua pagi, aku pun memutuskan untuk turun dan meminum secangkir air mineral di dapur. Tapi sebelum sampai di dapur, aku mendengar ada percapakan berasal dari ruang makan.
"Kenapa kau bersikap seperti itu padanya, ia sudah dewasa dan ia berhak mengambil keputusannya, lagipula ia tidak pernah mengecawakan mu bukan?" ucap Ibu
"Aku tahu, tapi kalau ia masuk ke sana, masa depannya tidak jelas, kalau ia menjadi dokter seperti aku ataupun David, ia akan jauh lebih sukses." jawab ayah
"Tapi kamu tidak bisa memaksakan kehendak yang bukan milikmu, mungkin saja kau bisa senang. Tapi bagaimana nasib Victoria nanti? Belum tentu ia akan senang menjadi dokter, apalagi waktu yang diperlukannya."
"Tapi kalau ia masuk sastra seperti itu, berarti ia membuang-buang segala macam teori yang sudah ia pelajari selama bertahun-tahun!"
"Apakah kau menganggapnya sebagai putrimu? Atau kau menganggapnya hanya sebagai suruhan?"
"Apa maksudmu?"tanya ayahku dengan penuh kebingungan.
"Kalau ia memang putrimu, kau harus tahu yang terbaik baginya, teori yang dipelajari bertahun-tahun itu memang akan terbuang, tapi itu tidak terbuang sia-sia, sebab putri kita mempunyai sesuatu yang spesial dalam dirinya, yang membedakan dirinya dari orang lain. Yaitu kemampuannya untuk menjadi dirinya."
"Aku masih belum mengerti maksdumu."
"Ya ampun Jared, kita sudah menikah selama dua puluh tahun dan kau masih belum mengerti maksudku? Aku merasa sedikit kasihan kepadamu" balas ibuku diikuti dengan tawa kecil.
"Kau seharusnya juga tahu tentang diriku sayang, aku bukanlah seorang laki-laki terhebat didunia, bukan seorang ayah idaman yang dimiliki semua orang.Tapi aku selalu ingin yang terbaik untuk kita, untuk Vica."