Mohon tunggu...
Maximus Ali Perajaka
Maximus Ali Perajaka Mohon Tunggu... Dosen - Dosen; Penulis

Alumnus STFK Ledalero, Maumere-Flores, Asian Social Institute Manila, Philippines, CCFA Program, Des Moines, Seattle, WA

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Komunikasi Sadar Budaya": Penting dan Niscaya (2)

3 Januari 2021   11:31 Diperbarui: 3 Januari 2021   11:55 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pater Lukas menutup bagiaan ketiga dari bukunya, dengan mendiskusikan perihal dinamika interanksi pribadi dan kelompok antar budaya. Menurut dia, dinamika perkembangan moda trasportasi dan model komunikasi yang begitu pesat dewasa ini, sangat memepengaruhi komunikasi antar budaya dalam level praktis. Hal lain yang turut mempengaruhi adalah fenomena cultural-hybrid, di mana di dalam diri satu pribadi terdapat dua atau lebih identitas budaya yang berbeda. Selain itu, ada pula dinamika yang disebut adaptasi dan akultutras.

Hal yang juga mendapat perhatian khusus Pater Lukas adalah soal indentias online. Menurut dia, identitas diri berkaitan dengan rasa nyaman dan keterbukaan berkomunikasi antara budaya. Sayangnya, kejelasan identitas kurang tercermin dalam forum komunikasi online atau medoa sosial yang kini sangat marak. Makanya, tak mengherankan apabila komunikasi sadar budaya berkembang kurang optimal dalam forum online dan media sosial.

Pada bagian 'Penutup' Pater Lukas membahas mengenai etika dalam komunikasi antar budaya. Secara ringkas dia menyatakan bahwa pada umumnya etika berkomunikasi (antar budaya) mengemban dua fungsi utama yaitu pertama, sebagai sistem yang mengatur pola perilaku individual (systemic constraint); dan kedua, sebagai sarana pemberdayaan (empowerment) individual.  Kedua fungsi itu dapat dialami pada saat yang bersamaan (hal.463-482).

Catatan Kecil

Setelah membaca buku ini, perkenankan saya membuat beberapa catatan kecil sebagai berikut:

Pertama, dari segi isi, buku ini sangat bernas relevan dengan situasi Indonesia dan tuntutan globalisasi sekarang. Oleh karena itu, sebagaimana harapan Pater Lukas sendiri, buku sangat mumpuni untuk dijadikan suplemen tektbook atau bahan ajar matakuliah Pemahaman Lintas Budaya di Perguruan Tinggi di Indonesia. Selain bernas,  buku ini saya kaya konsep dan teori mengenai komunikasi dan budaya yang  dengan nuansa baru, yang tak muncul dari buku-buku sejenis yang bereded di Indonesia.

Namun, supaya semakin relevan dengan konteks Indonesia, barangkali baik untuk edisi revisi nanti, Pater Lukas dapat memperkaya pembahasan dengan sejumlah teori dan praktik komunikasi dan kebhinekaan budaya di Indonesia. Selebihnya, Pater Lukas (berdasarkan refrensi ilmiah dan pengalaman pribadi) perlu mendiskusikan  juga kiat supaya orang Indonesia dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang-orang yang berbudaya asing (negara dan bangsa lain).

Kedua, waktu membaca buku ini, saya tebawa pada pengalaman masa kuliah di Ledalero, ketika membaca tulisan Pater Lukas di Seri Buku Vox. Alur pembahasan dan gaya berbahasanya tak banyak berubah. Tentu saja,  secara pribadi,  hal ini  adalah sebuah kenikmatan tersendiri, sebuah nostalgia. 

Namun, tentu saja hal seperti itu tak aka bisa dirasakan oleh para pembaca di Indonesia pada umumnya, yang dalam satu dekade terakhir makin akrab dengan buku-buku yang disajikan dengan bahasa ilmiah popular. Usul saya, kalau boleh, pada edisi revisi nanti, Pater Lukas dapat  menggunakan jasa editor yang akrab dengan gaya bahasa atau selera pembaca Indonesia masa kini.

Ketiga, buku ini memang tidak dirancang secara khusus menjadi sebuah bahan ajar. Namun,  apabila Pater Lukas menghendaki agar buku dapat dijadikan bahan ajar, maka materi pembahasan perlu dipenggal dan dibagi ke dalam 14 topik pembahasan sesuai jumlah pertemuan kuliah yang lazim diterapkan di kampus-kampus di Indonesia. 

Menurut panduan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional RI, setiap topik pembahasan buku ajar, diawali dengan rumusan capaian pembelajaran, kompetensi yang hendak dicapai, pembahasan materi, dan ditutup dengan soal latihan atau tugas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun