Mohon tunggu...
Abiratno
Abiratno Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Doktoral Ilmu Politik Universitas Indonesia

Editor Institut Penulis Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Muhyiddin Yassin adalah Resultan Politik Keislaman Negara Malaysia

8 Maret 2020   09:19 Diperbarui: 8 Maret 2020   09:24 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat isu lainnya seperti tuduhan korupsi masih dapat dinegosiasikan, Anwar tersandung pada "dosa besar", yaitu tuduhan sodomi yang secara perundangan sangat tercela dalam ajaran Islam. Harus kembali diingat bahwa Islam adalah agama negara Malaysia.

Selain itu, konflik Mahathir dan Anwar yang telah berada pada tataran personal. Mahathir tidak pernah benar-benar mengucapkan secara eksplisit dengan menyebut Anwar akan menjadi PM berikutnya. Kepiawaian Mahathir dalam berdiplomasi kata hanya sebatas bahwa Ia hanya akan memerintah sementara selama dua tahun. Mahathir enggan menzahirkan nama.

Dendam politik Mahathir-Anwar tidak lagi pada tataran ideologis, tetapi telah berjalin berkelindan secara pribadi. Apalagi harga penjara yang telah dibayar Anwar telah memorakporandakan kehidupan pribadi Anwar dan keluarganya. Skenario Anwar menjadi PM pengganti adalah skenario yang "too good to be true" sejak awal terbentuknya koalisi.

Everything is Personal

Karakter Melayu sangat mengedepankan kedekatan personal sebagai pintu masuk panggung politik Malaysia. Begitu pula dalam pencapaian kesepakatan politik, sangat bergantung dari jejak sejarah politik pihak-pihak yang terlibat.

Ditolaknya Mahathir untuk menemui Raja Malaysia, Sultan Abdullah, untuk menggugat pengangkatan Muhyiddin Yassin, bisa jadi bersumber dari perilaku Mahathir saat berkuasa. Pada tahun 1983 dan 1993, Mahathir pernah berkonflik dengan Sultan Pahang, ayahanda Sultan Abdullah. Mahathir mendesak perubahan konstitusi untuk membatasi otoritas Sultan dalam perpolitikan Malaysia.

Mahathir juga diketahui berutang budi saat memulai kariernya dari bawah. Ia diangkat derajatnya di UMNO oleh Tun Abdul Razak yang tak lain adalah ayah dari PM yang digulingkannya, Najib Razak. Utang budi itulah yang membuat Mahathir memberikan restu kepada Najib Razak saat hendak naik menjadi PM.

Namun insiden yang "menyiram minyak ke api" yang menyebabkan Mahathir murka adalah peristiwa dipecatnya putera Mahathir dari UMNO oleh Najib Razak. Dibumbui dengan parodi isu korupsi yang bisa jadi benar, hal ini menjadi salah satu alasan Mahathir berbalik menentang Najib Razak, yang merupakan kader politiknya sendiri.

Dalam perhitungan politik, hal-hal seperti korupsi adalah hal yang "relatif" dan bisa diselesaikan secara setengah kamar dalam pembicaraan lobi. Namun utang budi dan dendam politik dibawa mati. Dalam kancah politik Malaysia, ternyata "everything is personal".

Akankah Terjadi Revolusi Sosial?

Pembangunan politik di Malaysia masih menyisakan beberapa pertanyaan mendasar tentang pembangunan institusi politiknya. Perubahan dari sistem "race-based" menjadi "merit-based" merupakan salah satu pekerjaan rumah utama. Meskipun "demokratis" dengan berbagai intrik, substansi dari kegaduhan yang ada ternyata belum beranjak dari isu-isu politik identitas yang kuno, seperti isu etnis dan agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun