Kebutuhan pokok dari beberapa orang sejatinya sama namun tingkat strata sosial membuatnya terlihat berbeda. Dari mulai pakaian, rumah, kendaraan, pangan dan pendidikan. Bila dipandang secara substansial beberapa daftar kebutuhan tersebut dapat dicukupi oleh semua orang. Dengan kata lain pakaian dibeli untuk dipakai, rumah dibangun untuk naungan, kendaraan dimiliki untuk pengantar ke suatu tempat, pangan dimasak saat lapar dan pendidikan dipelajari untuk pengetahuan baru.
Namun beberapa orang yang merasa kurang puas atau punya lebih untuk masalah keuangan akan menganggap pakaian harus yang awet dan bagus, tempat tinggal harus yang kokoh dan luas, kendaraan harus yang cepat dan mewah, makanan harus yang lezat dan banyak, pendidikan harus di sekolah tinggi dan ternama. Maka dalam hal ini mereka harus berusaha meski dengan cara apapun bahkan ada yang nekat mencuri dan menipu.
Mereka yang telah berhasil dalam usaha-usahanya akan menikmati semua jerih payahnya. Namun apakah yang mereka beli setelah sukses masih bisa disebut kebutuhan ? saya rasa tidak mereka kini lebih mengejar keinginan. Dilain sisi ada lapisan masyarakat yang belum berhasil hidup mapan. Jauh-jauh memikirkan kelayakan hidup, untuk kebutuhan makan sehari-hari saja mereka masih susah mencukupinya.Â
Ditambah lagi kesenjangan sosial yang membuat mereka berpikir ada yang tidak adil dalam hidup ini, ada yang harus diperbaiki di daerah ini dan ada sesuatu yang harus disetarakan segera yaitu perihal kekayaan. Sehingga dalam lapisan masyarakat ini muncul ide-ide mencuri, merampok, menipu dan lain sebagainya demi memperoleh bagian untuk tetap melangsungkan hidup.
Ini terdengar paradoks namun kenyataannya peristiwa pencurian sering terjadi akibat gagal menikmati nikmat yang telah diberikan kepada masing-masing orang lantas melihat kenikmatan orang lain. Semisal si kaya telah memiliki segalanya namun dia tidak puas jika belum diakui maka dia akan pamer. Begitupun si miskin sudah tidak memiliki segalanya namun terus dihadapkan kepada orang-orang pamer yang membuatnya dengki. Maka terjadilah niat-niat jahat dari mereka yang merasa dibawah dan tidak beruntung. Dalam hal ini saya menegaskan tidak sama sekali membenarkan perlakuan si pencuri namun disisi lain juga mengingatkan mbok yo kalo kaya jangan sering-sering pamer. Walaupun itu hak si kaya dan memang harta itu milik mereka pribadi.
Beberapa pencurian terjadi dimana-mana termasuk di Ponorogo. Mengapa saya menceritakan pencuri gabah ? karena ada hal-hal unik tentang pencurian itu saat atau setelah kejadiannya.
Pertama, Pencuri Gabah di Warung Bakso.
Kejadian ini terjadi di desa Mancaan kabupaten Ponorogo tepatnya di salah satu warung mie ayam dan bakso. Saat itu masa panen telah tiba, pemilik warung berkebiasaan menyimpan hasil padinya di warung karena dekat dengan sawah yang dimiliki. Setelah dipanen maka warung akan tutup beberapa hari karena dipakai untuk menyimpan gabah. Karena si pemilik warung selama ini tidak mengalami kehilangan maka dia tidak memasang cctv atau alarm anti maling.
Nah untuk tujuan dramatisasi maka ada beberapa yang saya karang termasuk adegan maling saat beraksi tapi tetap sesuai bukti dan wawancara spontan saya kepada teman saya yang merupakan tetangga si pemilik warung bakso. Lanjut, malamnya para maling mulai beraksi setelah dirasa aman. Mereka melewati pintu belakang karena terlihat pada olah TKP ada bekas congkelan paksa dibagian sisi engsel pintu. Setelah berhasil masuk mereka melihat sekitar dengan teliti siapa tau ada alat keamanan tersembunyi yang membuat rencana pencurian mereka diketahui. Tapi ternyata alat itu hanya mereka tonton di film saja.
Setelah dirasa aman salah satu pelaku mencoba mengangkat satu sak gabah dan terlihat kewalahan alias tidak kuat.
"Uabot ra kuat aku ketoke mergo rung mangan ket esuk"
(Berat sekali, tidak kuat aku keliatannya karena aku belum makan dari pagi)
"yowes ayo mangan sek," ajak pencuri lainnya.
(yaudah ayo makan dulu)
Melihat ada magiccom dengan cukup banyak nasi didalamnya, mereka langsung saja menggasaknya tanpa tersisa. Mungkin biar seperti Arsene Lupin si pencuri Jatmika yang selalu meninggalkan jejak dan teka-teki dalam aksinya, para pencuri gabah ini sengaja meninggalkan kertas minyak yang digunakan untuk alas makan di TKP. Setelah dirasa kenyang dan kekuatan telah terkumpul, satu per satu sak berisi gabah berhasil diangkut sekaligus dicuri dengan jumlah 6/7 sak.
Keesokan harinya pemilik warung curiga ada bekas sisa makanan, setelah melihat kearah tempat gabah disimpan ia menyadari beberapa sak telah hilang dan segera melapor ke polisi dan tetangga. Nah beberapa hari kemudian teman saya pun bercerita ke saya tentang kejadian itu. Setelah diceritakan saya hanya bisa geleng-geleng dan mbatin, "Bangsat, pencuri macam apa yang masih sempat-sempatnya makan saat melancarkan aksinya". Hal lain yang membuat saya tak bisa berhenti tertawa, kotak amal berisi uang cukup banyak yang ada didalam warung masih utuh tak tersentuh. Tapi mungkin saja malingnya mikir bukan hak kita atau takut kualat.
Kedua, Pencuri Gabah di Pasar Desa
Tak kalah santai dengan pencuri yang awal, kejadiannya di daerah desa Ringin Putih kabupaten Ponorogo. Waktu itu pasar didaerah pabrik mengadakan pasaran pahing, biasanya pasaran disekitat rumah nenek saya dilakukan setiap pahing dan kliwon. Seluruh penjual di desa berkumpul menjual dagangannya tak terkecuali ibu pembeli gabah sebut saja bu Sum. Nah blio berprofesi sebagai pembeli gabah dari petani desa yang hendak menjual hasil panennya. Jadi cara transaksinya Bu Sum biasanya membawa timbangan untuk menentukan berapa berat gabah warga sehingga blio dapat menentukan harga beli, di desa saya hal itu sering disebut dengan istilah "anting".
Hari mulai siang sebagian para pedagang pasar telah pulang karena dagangannya sudah habis. Namun melihat pasar masih ramai bu Sum memutuskan pulang dulu untuk mengambil sesuatu dan meninggalkan timbangan serta gabah yang ia beli dari petani. Disudut lain ternyata ada pickup hitam yang telah memantau gerak-gerik blio dari pagi. Setelah dirasa aman dan bu Sum telah pergi, para pencuri pun melancarkan aksinya di siang bolong. Walau suasana pasar masih ramai para pencuri dengan pede-nya mengangkati gabah yang bukan miliknya ke belakang colt yang dinaikinya. Gabah-gabah itu mungkin oleh para pencuri dianggap seperti anak sendiri sehingga saat maling mereka tak sedikitpun takut dan dicurigai oleh pedagang lain, mungkin orang-orang pasar juga mengira mereka adalah suruhan bu Sum untuk mengangkati gabahnya. Tapi perlu kita ingat tak semua pencurian itu berjalan dengan mulus bahkan bisa juga gagal. Entah blio naik awan kinton atau sajadah aladin, mendadak Bu Sum telah kembali ke pasar sebelum para pencuri selesai meletakkan semua gabah. Sontak bu Sum teriak maling-maling karena melihat ada yang mengangkat gabah blio, sekejap masyarakat yang ingin menghakimi maling itu berkumpul untuk segera mengroyok para pencuri itu. Lagi-lagi maling yang jadi sopir dengan santainya berdalih kalo ini salah paham.
"Ngapunten buk kulo kinten niki gabah nggene bu Siti," maling itu beralibi agar menghindari amukan masa
(Maaf bu saya kira ini padi punya bu Siti)
"Wo uduk muas iki nek ku," Bu Sumi membela diri
(Wo bukan mas ini punyaku)
Walaupun gagal melancarkan aksinya, maling gabah itu berhasil selamat dari amukan warga. Tanpa gegabah akhirnya para maling mengembalikan gabah yang hendak mereka curi ke tempat asalnya tak lupa timbangan yang telah mereka angkut juga. Sekali lagi memang bangsat kedua pencuri diatas, dilain sisi memang mental baja wkwk. Untuk semua warga yang menyimpan gabah mohon lebih berhati-hati karena gabah sifatnya mudah dirubah layaknya emas. Bagaimana tidak diselep jadi beras, ditumbuk jadi menir, dimasak jadi nasi, dimasak lama jadi bubur, di selep jadi tepung beras, dan metode lain untuk menyelimurkan barang berharga ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H