Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jajan Tengah Malam

17 Oktober 2022   05:14 Diperbarui: 17 Oktober 2022   06:41 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tutut..... Tutut..."

Pukul 22.15 aku mendengar suara orang yang sedang berjualan. Gerimis turun selepas magrib, membuat  penghuni komplek tempat tinggalku memilih diam didalam rumah. Penjual tutut itu seorang ibu berusia 40 tahun. Beliau tinggal di perkampungan tepat dibelakang komplek. Beberapa kali aku berpapasan dengan beliau saat sedang berjualan. Tapi, biasanya beliau berkeliling tidak sampai semalam ini.

Tutut adalah sejenis keong sawah. Di daerahku, makanan ini banyak memiliki penggemar termasuk aku. Biasanya tutut dimasak dengan kuah pedas dan banyak rempah untuk menghilangkan bau amis.

"Tutut.... "

Suara ibu itu terdengar lagi. Sepertinya beliau akan melewati rumahku. Aku berniat untuk membeli dagangan beliau. Jam rawan lapar ditambah hobiku yang suka jajan. Hitung-hitung membantu beliau. Pertimbangannya, beliau berjualan semalam ini, mungkin karena terdesak kebutuhan hidup.

Perlahan aku berdiri menuju pintu depan, memakai sandal dan bersiap membuka pagar. Sejenak menunggu, tapi tidak terdengar lagi suara ibu penjual tersebut.

'Mungkin ada tetangga yang membeli' pikirku

"Tutut... Tututnya bu.."

Setelah cukup lama, terdengar kembali suara itu. Aku membuka pagar. Tepat saat pagar terbuka, suara tersebut memdadak berhenti. Aku menoleh ke kiri dan kanan mencari sosok ibu penjual. Nihil, tidak ada siapa-siapa di sepanjang jalan blok rumahku ini. Padahal tadi aku dengan jelas mendengar suaranya.

Dengan kebingungan aku membalikkan badan, berniat masuk saja. Entah kenapa udara di luar ini cukup dingin. Suasananya juga hening. Hanya terdengar gemericik hujan yang jatuh.

"Tutut... Tututnya teh"

Merasa tawaran itu tertuju padaku, aku kembali membalikkan badan ke arah jalan. Diluar pagar, sesosok tubuh melayang dengan rambut berterbangan menyeringai.

"Beli Sa... tu..."

Bruuug!

Aku tidak bisa menyelesaikan kalimatku. Seketika rasa shock menyelimuti. Mata ini mendadak gelap dan lutut menjadi lemas. Aku pingsan.

"""

Cerita hanya fiktif belaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun