Mungkin karna kenangan Abahlah, saya kadang mencari sosok nya dalam pribadi suami he. Mirip, Â suami saya pandai memasak, banyak ngerti tentang herbal, tahu ilmu tanaman, Abah dan suami punya kesamaan, yaitu memiliki banyak keterampilan.Â
Dari keteladanan Abah di masa saya kecil, saya menemukan banyak sekali pembealjaran, arti tentang kasih sayang, kesabaran, ketabahan, kelembutan, perlindungan dan rasa syukur.
Tentu saja pembelajaran itu saya pahami setelah saya dewasa dan menjadi bekal saya hidup di masa kini.Â
Kisah Bersama MamahÂ
Sementara itu masa kecil saya dengan mamah. Sepeninggal Abah, kami belajar hidup untuk lebih mandiri dan dewasa. Saya belajar menyelesaikan semua tugas dan tanggungjawab saya di Rumah membantu mama dan menjadi seorang Kaka dari satu adik perempuan yang manja. Tapi setelah gede, malah adik saya jauh lebih bisa bersikap dewasa ketimbang saya. Mamah adalah tokoh ibu yang tegar, kuat, mandiri. Jarang sekali dalam hidupnya mamah merepotkan orang, kecuali para tetangga yang sering ke rumah, iseng nyuci piring dan baju serta mengasuh kami.
Oiya ada kisah manis penuh pembeljaran, yang masih saya simpan dalam ingatan. Kisah kami bersama mamah di mana kecil.
Dulu semasa kecil sebagaimana karakter anak usia dini adalah memahami sesuatu hal yang kongkrit apa yang terlihat, tidak memahami sesuatu yang abstrak.Â
Pada suatu hari ( Abah masih hidup )Â saya meminta uang kepada Mama, Â " mama minta uang buat jajan"Â
Mamah menjawab "Mama nggak punya uang udah nggak usah jajan sana main , main aja, kalo mau jajan pulang" . Demikian jawab mamah.Â
Saya pun kembali bermain dengan hati yang lesu. Tidak berapa lama rupanya mama pergi ke warung untuk membeli kebutuhan dapur, tentu saja untuk kebutuhan perut  anak-anak nya.Â
Melihat itu saya yang polos ini berpikir, nah itu mamah punya uang, ih mamah bohong.Â