Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Indahnya Masa Kecil, Bekal Hidup di Masa Depan

18 September 2022   07:31 Diperbarui: 18 September 2022   07:36 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin karna kenangan Abahlah, saya kadang mencari sosok nya dalam pribadi suami he. Mirip,  suami saya pandai memasak, banyak ngerti tentang herbal, tahu ilmu tanaman, Abah dan suami punya kesamaan, yaitu memiliki banyak keterampilan. 

Dari keteladanan Abah di masa saya kecil, saya menemukan banyak sekali pembealjaran, arti tentang kasih sayang, kesabaran, ketabahan, kelembutan, perlindungan dan rasa syukur.

Tentu saja pembelajaran itu saya pahami setelah saya dewasa dan menjadi bekal saya hidup di masa kini. 

Kisah Bersama Mamah 

Sementara itu masa kecil saya dengan mamah. Sepeninggal Abah, kami belajar hidup untuk lebih mandiri dan dewasa. Saya belajar menyelesaikan semua tugas dan tanggungjawab saya di Rumah membantu mama dan menjadi seorang Kaka dari satu adik perempuan yang manja. Tapi setelah gede, malah adik saya jauh lebih bisa bersikap dewasa ketimbang saya. Mamah adalah tokoh ibu yang tegar, kuat, mandiri. Jarang sekali dalam hidupnya mamah merepotkan orang, kecuali para tetangga yang sering ke rumah, iseng nyuci piring dan baju serta mengasuh kami.

Oiya ada kisah manis penuh pembeljaran,  yang masih saya simpan dalam ingatan. Kisah kami bersama mamah di mana kecil.

Dulu semasa kecil sebagaimana karakter anak usia dini adalah memahami sesuatu hal yang kongkrit apa yang terlihat, tidak memahami sesuatu yang abstrak. 

Pada suatu hari ( Abah masih hidup )  saya meminta uang kepada Mama,  " mama minta uang buat jajan" 

Mamah menjawab "Mama nggak punya uang udah nggak usah jajan sana main , main aja, kalo mau jajan pulang" . Demikian jawab mamah. 

Saya pun kembali bermain dengan hati yang lesu. Tidak berapa lama rupanya mama pergi ke warung untuk membeli kebutuhan dapur, tentu saja untuk kebutuhan perut  anak-anak nya. 

Melihat itu saya yang polos ini berpikir, nah itu mamah punya uang, ih mamah bohong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun