[Hei sayang, cape ya? Ke kantin Mbak Entin ya, udah aku pesenin makan siang dan jus jambu kesukaanmu]
Tanpa pikir panjang aku segera menuju ke kantin yang terletak di belakang kampus tempat biasa aku makan bersama dengan Sisil, sahabatku yang baik hati.
***
Tiba di kantin aku kembali dikagetkan dengan kedatangan Mbak Entin dengan nampan yang penuh makanan.
"Nih Vio buat kamu," ucap Mbak Vio menaruh dua porsi nasi ayam bakar madu dan dua gelas jus jambu.
"Bentar Mbak, ini siapa yang pesen? Saya baru dateng loh, belum juga duduk." Aku berharap Mbak Entin tau siapa yang memesan makanan ini karena seringnya dia melayani mahasiswa mahasiswi di kampus.
"Mbak ngga tau jelas sih Vie karena Mbak juga jarang liat, tapi kayanya anak teknik deh. Dia cuma mesen makanan ini dan berpesan kalau ini untuk kamu," jelas Mbak Entin panjang lebar.
Setelah Mbak Entin berlalu karena kantin yang semakin ramai, aku dan Sisil berpandang-pandangan. Aku mengeluarkan ponselku dan mencari info kontak nomor asing tersebut. Nihil, nomor itu tidak bernama asli, hanya menggunakan nama samaran Sang Pujangga Cinta dengan foto profil siluet pria bertopi.
"Makan ajalah yuk, rejeki pantang di tolak. Urusan identitas mah belakangan," ucap Sisil. Wajah sahabatku itu berbinar melihat makanan di atas meja. Karena lapar, aku pun menuruti perkataan Sisil dan mulai mengeksekusi makanan di depanku.
"Cie Vio punya penggemar misterius," goda Sisil di sela-sela mengunyah makanan. Aku memilih mengabaikannya dan terus melanjutkan aktivitasku.
***