Maksudnya saya adalah, mamah ternyata memperkenalkan bahasa Jawa Serang kepada tetua keluarga, terbukti saat mereka masih hidup, mamah tidak jarang menggunakan bahasa serang bebasan ( bahasa halus ) ketika berbicara dengan  para orang tua semisal nenek dan para bibi yang di Makkah meski pembicaraan hanya lewat telfon.Â
Suatu hari mereka para bibi bertanya kepada mamah, mana Arofiah ? Mana Najat ? Mereka Memanggil anak perempuan mamah dengan nama lengkap. Saya dan adik saya tentu tidak faham dengan bahasa Arab. Para bibi mengerti  kondisi demikian, bibi pasti mengalihkan bahasa dengan menggunakan bahasa Jawa serang " peripin kabar arofiah sehat " tanya  Halah "  peripin kuliah ? Lulus ?.
sampun berkeluarga Arofiah najat sampun darebe pecil?  Artinya bagaimana kabarnya  arofiah, Najat, sehat ?.  kuliah apa sudah lulus ? Apa sudah menikah? Sudah punya anak ? Dan sebagainya.
Kalo direnungkan lucu sekali dan kami merasa malu. Mamah yang sampai tua masih bisa bahasa Arab sedang anaknya hususnya saya malah tida bisa bahasa Arab, Â bahkan mereka para bibi bisa bahasa Jawa eh kami tetap ga bisa, Ya sudah lah semoga masih bisa dipelajari.Â
Nah mungkin ceritanya sampai disini saja ya . Semoga bisa menghibur heheÂ
Sampai jumpa dalam Kamis menulis Minggu depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H