Mohon tunggu...
Mawar PutriWardiana
Mawar PutriWardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruni Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Saya adalah seorang Taruni yang menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) Angkatan 2021. Saya merupakan seorang yang disiplin, jujur, bertanggung jawab, suka menerima masukan, dan berkomitmen saat menjalani keputusan yang saya ambil. Dengan prinsip belajar, belajar, belajar, belajar, da mengejar, saya selalu yakin bahwa proses adalah kenikmatan nyata untuk mencapai impian. Saya berprinsip bahwa, ketika suatu keadaan membuatku terlambat, maka jadikan keterlambatan tersebut menjadi tantangan untuk mengejar lebih jauh dari yang memulai duluan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Yuk, Cari Tau Fenomena Tanah Bergerak di Palu 2018 Silam

29 Juni 2022   21:57 Diperbarui: 29 Juni 2022   22:05 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Likuifaksi atau tanah ‘bergerak’ adalah fenomena yang erat kaitannya dengan bencana gempa bumi. Tepatnya, likuifaksi ialah bencana setelah terjadinya gempa bumi atau dalam geologi disebut dengan colateral hazard. Fenomena likuifaksi dapat sederhananya diartikan  sebagai perubahan tanah atau endapan sedimen yang padat menjadi material yang seakan berubah seperti cairan (liquid) akibat terjadinya gempa bumi . Likuifaksi juga dapat diartikan sebagai fenomena suatu tanah kehilangan banyak kekuatan (strenght) dan kekakuan (stiffness) dalam waktu yang singkat. Pasir bereaksi dan terjadinya peningkatan tekanan air pori sebagai akibat dari gaya geser saat gempa bumi. Gaya siklik dalam waktu yang singkat ini berakibat hilangnya banyak kekuatan atau kekakuan tanah sehingga struktur di atasnya menjadi tidak stabil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi likuifaksi

            Saat terjadinya gempa dengan kekuatan yang besar, tidak semua daerah akan mengalami likuifaksi. Tentu terdapat faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab suatu daerah atau wilayah berpotensi mengalami likuifaksi saat terjadinya guncangan gempa dahsyat terjadi. Faktor-faktor yang menjadi penyebabnya antara lain:

  • Karakteristik, durasi, dan intensitas gempa bumi.  

Tanah akan mengalami likuifaksi jika diberikan getaran. Sifat gerakan tanah seperti percepatan dan durasi gempa dapat mempengaruhi regangan geser yang mengakibatkan reaksi antarpartikel tanah serta peningkatan tekanan air pori berlebih yang akhirnya menyebabkan likuifaksi. Potensi likuifaksi juga bergantung pada lama gempa. Semakin lama gempa maka semakin besar potensi terjadi likuifaksi.

  • Muka air tanah.

Hal yang paling rentan untuk likuifaksi yakni permukaan yang dekat dengan muka air tanah karena tanah tidak jenuh yang terletak di atas permukaan air tanah tidak akan mengalami likuifaksi.

  • Jenis tanah.

Menurut Ishira (1985), peristiwa likuifaksi yang pernah terjadi selama gempa bumi telah ditemukan dalam endapan yang terdiri dari pasir halus dan  sedang serta pasir yang mengandung rasio plastisitas rendah. Oleh karena itu, jenis tanah yang rentan terhadap likuifaksi yakni tanah nonplastis. Diperkirakan, tanah nonkohesi yang rentan terhadap likuifaksi adalah pasir bersih (clean sands), pasir berlumpur nonplastis (nonpalstic silty sands), lumpur nonplastis (nonplastic msilt) dan kerikil (gravel).

  • Kepadatan relatif awal

Tanah nonkohesif dengan kepadatan relatif yang lepas, rawan terhadap likuifaksi. Tanah yang memiliki Dr besar akan akan menyebabkan tahanannya terhadap potensi likuifaksi juga besar.

Kerusakan yang Terjadi Setelah Likuifaksi

            Gempa Palu-Donggala terjadi pada 28 September 2018 pukul 18:02 waktu setempat dengan kekuatan (Magnitudo) Mw 7.5 dengan analisis geologi menunjukkan bahwa gempa terjadi pada sesar geser Palu-Koro di arah utara-selatan, memanjang melalui Kota Palu dan wilayah lain di Provinsi Sulawesi Tengah. The United States Geological Survey (USGS) menyatakan pusat gempa terletak kurang lebih 72 km di sebelah utara kota Palu dengan kedalaman mencapai 10 km, serta pergeseran sesar menyentuh angka 150 km. Gempa yang terjadi tersebut memicu longsor besar yang menyebabkan bangunan runtuh dan gelombang tsunami dengan kerusakan besar di wilayah pantai di Teluk Palu, Sulawesi Tengah.

            Di Sulawesi Tengah, kerugian ekonomi akibat gempa Palu senilai $911 Juta. Sementara dilansir Jakartapost (2019), wilayah dengan dampak paling banyak di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong.

Dampak Langsung Terhadap Masyarakat

Kejadian gempa bumi, tsunami, yang diikuti dengan bencana likuifaksi yang menimpa beberapa wilayah pada Provinsi Sulawesi Tengah ini tentunya tidak sedikit memakan kerugian bagi masyarakat setempat. Bukan hanya kerugian materi, tetapi tak sedikit pula korban jiwa yang gugur dalam bencana alam ini. Gubernur Sulawesi Tengah menyampaikan bahwa terdapat 4.340 korban meninggal akibat gempa bumi dan tsunami, ini termasuk 667 orang yang dinyatakan hilang. Gempa juga menyebabkan 4.438 orang mengalami luka berat, 68.451 kerusakan rumah, dan 206.494 orang yang mengungsi (Pusgen, 2019). Operasi penyelamatan dan pencarian dihentikan pada 12 Oktober 2018. Adapun daerah tempat longsor-likuifaksi dianggap kuburan massal bagi korban yang terkubur dalam longsoran likuifaksi. Ibukota Provinsi (Kota Palu), dengan populasi yang relatif besar, yaitu sekitar 350.000 jiwa, mengalami kerugian yang paling parah, baik kerugian materi dan ekonomi, namun juga kerugian jiwa (Pusgen 2019). Kebanyakan korban yang terdampak dengan longsor likuifaksi ini menobatkan bencana ini sebagai salah satu tanah longsor paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

            Dampak dan kerugian yang disebabkan oleh bencana likuifaksi tentu sangat merugikan warga yang tinggal di wilayah yang berpotensi terjadinya likuifaksi setelah terjadinya gempa. Untuk itu, warga sekitar dibantu dengan pemerintahan daerah harus mengetahui dan memahami sepenuhnya tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan likuifaksi sehingga warga dapat memilih lokasi dan tanah yang bagus untuk mendirikan bangunan. Sehingga, dampak dari likuifaksi dapat diminimalisir saat terjadi gempa.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun