Mohon tunggu...
Mawar PutriWardiana
Mawar PutriWardiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruni Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Saya adalah seorang Taruni yang menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) Angkatan 2021. Saya merupakan seorang yang disiplin, jujur, bertanggung jawab, suka menerima masukan, dan berkomitmen saat menjalani keputusan yang saya ambil. Dengan prinsip belajar, belajar, belajar, belajar, da mengejar, saya selalu yakin bahwa proses adalah kenikmatan nyata untuk mencapai impian. Saya berprinsip bahwa, ketika suatu keadaan membuatku terlambat, maka jadikan keterlambatan tersebut menjadi tantangan untuk mengejar lebih jauh dari yang memulai duluan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Yuk, Cari Tau Fenomena Tanah Bergerak di Palu 2018 Silam

29 Juni 2022   21:57 Diperbarui: 29 Juni 2022   22:05 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian gempa bumi, tsunami, yang diikuti dengan bencana likuifaksi yang menimpa beberapa wilayah pada Provinsi Sulawesi Tengah ini tentunya tidak sedikit memakan kerugian bagi masyarakat setempat. Bukan hanya kerugian materi, tetapi tak sedikit pula korban jiwa yang gugur dalam bencana alam ini. Gubernur Sulawesi Tengah menyampaikan bahwa terdapat 4.340 korban meninggal akibat gempa bumi dan tsunami, ini termasuk 667 orang yang dinyatakan hilang. Gempa juga menyebabkan 4.438 orang mengalami luka berat, 68.451 kerusakan rumah, dan 206.494 orang yang mengungsi (Pusgen, 2019). Operasi penyelamatan dan pencarian dihentikan pada 12 Oktober 2018. Adapun daerah tempat longsor-likuifaksi dianggap kuburan massal bagi korban yang terkubur dalam longsoran likuifaksi. Ibukota Provinsi (Kota Palu), dengan populasi yang relatif besar, yaitu sekitar 350.000 jiwa, mengalami kerugian yang paling parah, baik kerugian materi dan ekonomi, namun juga kerugian jiwa (Pusgen 2019). Kebanyakan korban yang terdampak dengan longsor likuifaksi ini menobatkan bencana ini sebagai salah satu tanah longsor paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

            Dampak dan kerugian yang disebabkan oleh bencana likuifaksi tentu sangat merugikan warga yang tinggal di wilayah yang berpotensi terjadinya likuifaksi setelah terjadinya gempa. Untuk itu, warga sekitar dibantu dengan pemerintahan daerah harus mengetahui dan memahami sepenuhnya tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan likuifaksi sehingga warga dapat memilih lokasi dan tanah yang bagus untuk mendirikan bangunan. Sehingga, dampak dari likuifaksi dapat diminimalisir saat terjadi gempa.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun