*
Siapakah kita,
sehingga merasa begitu mandiri sementara waktu dalam tegak pongah di tengah pusat bumi?
Padahal setiap hari kita begitu fakir hingga wajib menangis mengemis kepada-Nya.
*
Seperti tubuhku kala melintasi senja bersaput jingga,
Na’if-ku menyungkurkan hamba sahaya ini ke hadapan-Nya,
memohonkan sebuah bentuk persahabatan sejati nan berlandaskan kasih sayang.
*
Gemericik pujian menggapai langit-Nya:
“Ya Allah,
Berikan kepadaku ketenangan hati dalam menerima segala sesuatu yang tidak mungkin kuubah.
Kirimkan buatku keberanian nurani untuk mengubah segala sesuatu yang mungkin kuubah.
Serta anugerahkan padaku kebijaksaan untuk memahami perbedaan di antara keduanya.
Amin.”
Dan kumandang doa itu yang menjadi peneduhku menyambut jelang malam ini.
--**NH**--
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI