*
Siapakah kita,
sehingga merasa begitu mandiri sementara waktu dalam tegak pongah di tengah pusat bumi?
Padahal setiap hari kita begitu fakir hingga wajib menangis mengemis kepada-Nya.
*
Seperti tubuhku kala melintasi senja bersaput jingga,
Na’if-ku menyungkurkan hamba sahaya ini ke hadapan-Nya,
memohonkan sebuah bentuk persahabatan sejati nan berlandaskan kasih sayang.
*
Gemericik pujian menggapai langit-Nya:
“Ya Allah,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!