Mohon tunggu...
Mawan
Mawan Mohon Tunggu... Guru - guru

Saya adalah seorang pengajar

Selanjutnya

Tutup

Trip

Wisata Desa Sade

30 Desember 2019   11:27 Diperbarui: 30 Desember 2019   11:32 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang tua yang telah menikahkan anaknya mempersiapkan rumah kecil  untuk anaknya untuk masa bulan madu, mereka disini sampai mereka mampu untuk membangun rumah yang lebih besar.

Rumah ini disebut Bale Kodong. Untuk rumah utama penduduk kampung Sade semuanya berbahan dasar alam, dindingnya berupa anyaman bambu, lantainya beralaskan tanah liat, dan atapnya dibuat dari ilalang.

Mereka menyebut itu Bale Tani. Bale Tani pintunya dibuat rendah agar setiap tamu  yang datang menghormati pemilik rumah, ruangan dalam Bale Tani terdiri dari 2 ruangan yaitu bale luar yang diperuntukkan untuk menerima tamu, dan sebagai tempat tidur laki-laki, sedangkan bale dalam diperuntukkan untuk para wanita tidur , tempat melahirkan dan tempat memasak.

Untuk mencapai bale dalam kita harus menaiki 3 anak tangga yang mencerminkan kehidupan, yaitu kelahiran, berkembang dan meninggal.

Salah satu keunikan  Desa Sade mereka merawat rumah mereka dengan mengepel  lantai rumah  dengan kotoran kerbau yang diberi sedikit air yang dilakukan 2 minggu sekali hal ini agar lantai rumah tidak retak atau sebagai perekat.

Namun ini tidak membuat kita bau dengan kotoran pada saat kita masuk kedalamnya. Untuk penggantian atap yang berasal dari rumput alang- alang dilakukan pergantian setelah 5 sampai 15 tahun sekali tergantung kerapatan pemasangan, semakin rapat semakin awet.

Selain itu terdapat juga fasilitas untuk balai pertemuan yang disebut Berugak Sakena (bangunan bertiang enam), ada juga lumbung padi yang disebut dengan Alang.

Sudah menjadi tradisi yang naik untuk menyimpan padi adalah para pria, tetapi yang mengambil padi dari lumbung yang akan ditumbuk hanya boleh wanita  agar rejekinya lancar menurut kepercayaan masyarakat Desa Sade.

Agama mayoritas Suku Sasak  terkhusus di kampung Sade adalah Islam, tapi pada jaman dahulu agama yang dianut tepengaruhi dari 3 aliran yaitu  animisme, Hindu dan Islam sehingga  dikenal dengan Metu Telu, dimana semua ibadah seperti shalat, puasa dan ibadah yang lain diwakilkan oleh seorang imam, para penduduk tidak perlu beribadah.

Aliran ini mulai berubah pada tahun 1955 sampai saat ini hanya ada agama islam murni dengan di bangunnya Masjid Nur Syahada yang berada di tengah-tengah lokasi kawasan Desa Sade.

Perjalanan kami di dalam Desa Sade memberikan pengalaman yang bagus terkait dengan belajar  budaya masyarakat suku sasak. Dalam perjalanan keliling banyak aktivitas yang kami temui antara lain, para ibu-ibu dan kaum perempuan kebanyakan menjual kain atau sarung tenun dengan berbagai macam corak dan jenis tenun, termasuk bermacam-macam kerajinan unik khas sasak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun