Sang pangeran berpesan kepada Joko Jumput agar kelak tempat Kedung Gempol itu diberi nama Banyu Urip yang berarti air kehidupan, karena setelah meminum air sumber tadi Pangeran Situbondo sembuh dari luka parahnya. Â
Selama melakukan petualangan babat alas di Surabaya itu, Pangeran Situbondo yang sakti mandraguna itu bersinggungan dengan hal-hal mistis dan gaib.Â
Nama-nama kawasan di sekitar Banyu Urip yang dipercaya berkaitan dengan kisah babat alas Pangeran Situbondo, diantaranya : Kupang Krajan, Simo Katrungan, Simo Kwagean dan Simo Kalangan.Â
Ada sebuah bangunan tua warisan kolonial Belanda di kawasan Banyu Urip itu. Masyarakat di sana menamakannya Gedung Setan. Â
Dari kejauhan Gedung Setan memang tampak gahar, angker sekaligus menyeramkan. Mungkin karena hal itulah sehingga sebagian orang menyebutnya dengan Gedung Setan.
Namun ada cerita lain yang mengatakan kalau nama setan diadopsi dari nama orang Tionghoa yang menjadi pemiliknya yakni She Tan.Â
Gedung Setan sebenarnya merupakan bangunan tua yang sudah ada di zaman kolonial Belanda dan hingga kini difungsikan sebagai tempat tinggal sebagian warga Banyu Urip Wetan, khususnya yang ada di gang I A.Â
Kini Banyu Urip menjadi kawasan padat penduduk. Berkembang pesat, lengkap dengan fasilitas publik termasuk di dalamnya pasar tradisional dan modern, sekolah dan layanan kesehatan.Â
Kali Banyu Urip yang di masa lalu menjalankan fungsinya sebagai penyedia sumber air bersih bagi warga di sekitarnya, kini sebagian telah ditutup dengan box culvert di mana bagian atasnya difungsikan untuk jalan raya sebagai pengurai kemacetan lalu lintas. Â
Kali Banyu Urip mungkin sudah tidak sejernih dan sebersih di masa Pangeran Situbondo namun fungsi sebagai penampung air selokan (limbah) rumah tangga sekaligus pengendali banjir masih dijalankan.Â