Pemerintah Kota Surabaya dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan Pintu Air Jagir sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi undang-undang sesuai Surat Keputusan (SK) Walikota Surabaya no. 188.45/004/402.1.04/1998/no. urut 54.
Pintu Air Jagir ini sudah ada saat Belanda menguasai Surabaya pada tahun 1923, bahkan jauh-jauh hari sebelum Belanda menginjakkan kaki di Surabaya, lokasi yang kini dijadikan Pintu Air Jagir itu dulunya merupakan tempat bala tentara Tar-tar menambatkan kapal-kapal perangnya sebelum menyerang Prabu Jayakatwang dari Kediri pada tahun 1293.Â
Kali Banyu UripÂ
Nama Kali Banyu Urip sering dikait-kaitkan orang dengan legenda terjadinya Kampung Banyu Urip.Â
Ceritanya begini, duluu..ketika terjadi duel antara Pangeran Situbondo dan Joko Taruno untuk memperebutkan putri seorang pembesar (adipati), dengan ajian pamungkas dan segala muslihatnya, Â pertempuran akhirnya dimenangkan oleh Raden Joko Taruno.Â
Pangeran Situbondo terluka parah dan akhirnya melarikan diri ke dalam hutan. Di sana beliau bertemu Joko Jumput, seorang pemuda lugu anak dari Mbok Rondo Praban Kinco.Â
Atas pertolongan Joko Jumput, akhirnya Pangeran Situbondo berhasil dibawa ke suatu tempat bernama Kedung Gempol.Â
Menurut cerita yang beredar, Kedung Gempol berada di kawasan yang sekarang bernama Banyu Urip Kidul Surabaya tak jauh dari gedung Puskesmas setempat. Â
Kedung Gempol dulunya merupakan sumber air. Setelah meminum air di Kedung Gempol, ajaibnya kesehatan Pangeran Situbondo berangsur-angsur pulih kembali.Â