"Jangan ceritakan kejadian mistis yang ada di gedung ini pak, nanti malah orang takut datang kemari" ungkap Agatha, guide (pemandu) Museum Dr. Soetomo Surabaya.Â
Apa yang dikatakan Agatha ada benarnya juga. Pesan Agatha itu saya dengar sekitar tiga (3) tahun silam ketika untuk kesekian kalinya saya mendatangi Museum Dr. Soetomo di kawasan Bubutan Surabaya.Â
Baca juga : Kesetiaan Moertiningroem dan Gedung Tua Tanpa Perekat SemenÂ
Hal yang serupa juga tak jarang diceritakan oleh banyak penulis lain seputar Museum Kesehatan Dr. Adyatma Surabaya yang konon salah satu ruangannya berhantu dan diliputi kabut mistis lainnya.Â
Pertama, yang bersangkutan akhirnya memutuskan tidak berkunjung dengan alasan takut karena bangunan tua atau musem tadi diberitakan berhantu.Â
Kemungkinan ketiga, orang yang membacanya malah penasaran dan berhasrat mengunjunginya. Ingin membuktikan kebenarannya atau ingin memiliki pengalaman baru seputar museum berhantu yang dikunjunginya, seperti saya ini jiahahaha.Â
Bisa banyak hal, seperti ragam koleksi yang ditampilkan, desain (penataan) museum yang menarik, gaya arsitektur gedung yang dijadikan museum, layanan guide yang ramah dan kompeten, fasilitas penunjang lainnya, area parkir dan kafe (warung kuliner).Â
Selayang pandang Museum Dr. Soetomo SurabayaÂ
Dengan mendatangi Museum Dr. Soetomo setidaknya menjadi pengingat sekaligus inspirasi buat kita semua terutama kalangan terpelajar (pelajar, mahasiswa, ahli sejarah dan pemerhati sejarah lainnya) akan daya juang Dr. Soetomo bagi negeri tercinta ini.Â
Awalnya organisasi ini bertujuan untuk memajukan bidang perekonomian seperti pertanian, perdagangan dan peternakan di kawasan Jawa dan Madura. Lambat laun garis perjuangannya pun berubah dari sekadar organisasi untuk memajukan perekonomian menjadi organisasi untuk mewujudkan Indonesia merdeka yang berdaulat, adil, dan makmur.Â
Sementara itu kalau sebelumnya pendopo kompleks Gedung Nasional Indonesia (GNI) tampak kosong, berbarengan dengan diresmikannya Museum Dr. Soetomo beberapa tahun lalu itu, kini pendopo yang cukup megah itu diisi dengan berbagai koleksi foto sejarah keluarga dan gerak perjuangan Dr. Soetomo dalam mendirikan organisasi Budi Utomo untuk kebangkitan nasional.
Dr. Soetomo semasa hidupnya juga aktif mendirikan majalah berbahasa Jawa. "Penjebar Semangat" nama media itu. Majalah ini bukan hanya untuk konsumsi kaum pribumi di Pulau Jawa melainkan sampai tembus ke luar negeri dengan bahasa setempat. Gedung majalah Penjebar Semangat berada di belakang pusara Dr. Soetomo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H