Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Beberapa Tips Anti Copet, Mulai Bergaya "Low Profile" hingga Rajin Bersedekah

17 Juni 2021   14:48 Diperbarui: 17 Juni 2021   18:08 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meletakkan dompet dalam tas pinggang (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Sudah hampir dua tahun pandemi masih merebak dan tak kunjung reda. Berbagai sektor menjadi lumpuh karenanya. 

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) dan khususnya Pemerintah Republik Indonesia mewajibkan setiap warganya agar menerapkan disiplin ketat protokol kesehatan (prokes) 5M, yaitu : memakai masker, menjaga jarak (physical distancing), mencuci tangan menggunakan sabun atau bahan desinfektan lain dengan air mengalir selama minimal 20 detik, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan massa (social distancing). 

Dua poin prokes yang saya sebut belakangan dampaknya tidak hanya berimbas pada lumpuhnya berbagai sektor penting di negara ini serta kehidupan negara-negara di belahan dunia lainnya namun juga dunia percopetan mungkin akan terkena imbasnya. 

Tukang copet atau yang dalam Bahasa Madura disebut "the pick pocket" dan semacamnya, yang biasa beroperasi di tengah kerumunan atau keramaian mungkin omzetnya menurun drastis.

Akibat negara mewajibkan setiap warganya menaati disiplin ketat prokes 5M terutama 2 poin terakhir sehingga mobilitas warga dan keramaian berkurang signifikan alias menurun drastis. 

Harus diakui, pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, apalagi kini telah santer terdengar kabar tentang Varian Delta dari India yang dipercaya sangat mudah menular dan menyebar serta lebih mematikan itu, tak pelak menjadikan sebagian warga masyarakat menjadi "keder" dan ngeri dibuatnya. 

Ketika mobilitas (pergerakan) orang berkurang secara signifikan dan tempat-tempat orang berkerumun seperti tempat wisata, pasar tradisional, pasar malam, orang punya hajatan, aktivitas orang di terminal dan stasiun (termasuk dalam angkutan kota dan moda transportasi lainnya) serta berbagai keramaian lainnya menurun drastis, logikanya tukang copet atau penjambret juga mengalami penurunan karena sawah-ladang tempat menggantungkan hidup (habitat) mereka dirusak oleh Covid-19 jiahahaha. 

Tukang copet, para pejambret dan maling kelas teri lainnya menjadi kebingungan. Di mana lagi mereka harus beroperasi karena lahan mereka berkurang drastis akibat disiplin ketat prokes 5M. 

Meski demikian kita tidak boleh menganggap remeh logika tersebut. Karena boleh jadi di saat mobilitas dan kerumunan orang berkurang cukup signifikan namun justru di sudut-sudut (tempat) lain para tukang copet tersebut lebih leluasa menunjukkan aksinya dalam beroperasi. 

Untuk itu, kita harus tetap waspada dan jangan marlena eits..maksud saya terlena. Setiap tindak kriminal apakah itu aksi pencopetan dan berbagai aksi kejahatan lain bisa terjadi karena ada kesempatan. Waspadalah..waspadalah..! 

Beberapa cara agar terhindar dari aksi pencopetan 

Kadang penampilan yang low profile itu amat diperlukan kalau kita secara kebetulan berada di tengah keramaian atau berjalan sendiri yang jauh dari ingar-bingar gemerlapnya kota. 

Bila perlu boleh saja macak (berdandan) bak seorang preman yang ditakuti. Tidak perlu malu dan gengsi yang penting pada kenyataannya tidak melanggar norma hukum, agama dan kesusilaan yang berlaku di negara tercinta ini. 

Meski kita membawa cukup uang, kartu kredit, kartu ATM, traveler cek, berbagai surat berharga lainnya, smartphone mahal dalam satu dompet atau tas khusus, tak ada salahnya bila kemudian dipindahkan saja ke tas pinggang yang selanjutnya ditutupi kemeja atau kain hijab yang lebar (syar'i). 

Tali tas diletakkan dipundak dan dipegang lebih erat (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Tali tas diletakkan dipundak dan dipegang lebih erat (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Atau kalau kebetulan lupa bawa tas pinggang, peran anggota keluarga laki-laki atau suami sangat diperlukan di sini karena tenaga laki-laki lebih kuat, harapannya untuk mengantisipasi tindak penjambretan secara tiba-tiba. 

Cantolkan tali tas yang dibawa pada pundak sebelah kanan, kiri atau secara diagonal bila talinya agak panjang dan pegang lebih erat lagi. 

Lubang saku dijepit peniti besar (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Lubang saku dijepit peniti besar (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Cara yang satu ini lebih terkesan ndesani dan kuno. Belilah peniti berukuran besar. Setelah meletakkan dompet berisi uang dan berbagai surat berharga lainnya dalam saku celana atau trening setelah itu lubang saku dijepit dengan peniti besar. 

Hal itu untuk mengantisipasi jatuhnya dompet dengan sendirinya atau upaya proteksi sederhana agar tangan pencopet tidak begitu leluasa menggerayangi lubang saku kita. 

Penempatan peniti besar sebagai penjepit lubang saku kadang menjadi preseden buruk bagi para pencopet itu sendiri. Bukan tidak mungkin mereka malah curiga dan mengira dalam saku yang dijepit dengan peniti besar itu berisi uang banyak dan barang berharga lainnya. 

Untuk itu kalau bepergian jarak jauh dengan alat transportasi berupa bus atau kereta api yang memungkinkan untuk tertidur lelap, tak ada salahnya meletakkan atau memindahkan dompet berisi uang banyak dan surat-surat penting lainnya ke dalam saku dalam.  

Kenakan saja celana pendek lengkap dengan lubang sakunya untuk bagian dalam. Baru kemudian pakai celana utama (panjang). Taruh uang secukupnya untuk keperluan sekedarnya dalam saku celana luar (utama) baru kemudian diproteksi dengan jepitan peniti besar.  

Ada juga sih orang-orang tertentu yang menyimpan dompet berisi uang dalam saku celana (pendek/panjang) yang mana lubang sakunya dipasangi resleting, lengkap dengan kunci dan gembok kecil pula. 

Sebagian orang lagi menyimpan dompet berisi uang dan berbagai surat berharga lainnya dalam saku yang diproteksi dengan kancing ganda (dobel) dan kancingnya berukuran agak besar. 

Dompet diletakkan dalam saku dengan kancing yang dilindungi kain agar tidak mencolok (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Dompet diletakkan dalam saku dengan kancing yang dilindungi kain agar tidak mencolok (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Ada juga orang yang menyimpan dompet berisi uang dan surat penting lainnya dalam saku celana atau rompi dimana lubang saku ditutup dengan kancing besar dan kancing tadi dilindungi (ditutupi) dengan kelebihan kain agar kancing tidak terlihat mencolok dari luar. 

Sebagai manusia sudah sepantasnya berikhtiar semaksimal mungkin dan Tuhan jualah yang menentukan hasilnya. 

Semua cara mungkin sudah kita terapkan untuk mengantisipasi aksi pencopetan. Namun bisa saja semua cara yang dilakukan itu tidak sesuai harapan dan kita masih kecolongan. 

Itulah sebabnya mengapa kita perlu senantiasa berdoa, memohon keselamatan kepada Allah Yang Maha Kuasa saat berada di luar rumah terutama di tengah kerumunan orang dan betapa pentingnya rajin bersedekah (berinfak).

Sesungguhnya sedekah (sodaqoh) yang diberikan secara ihlas dengan mengharap ridho Allah SWT bukan hanya mendatangkan pahala berlipat namun juga sebagai tolak bala bencana termasuk bahaya pencopetan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun